Selasa, 02 Maret 2021

Laporan Praktikum Mikrobiologi

 

LAPORAN PRAKTIKUM

“STERILISASI ALAT DILABORATORIUM MIKROBIOLOGI”

DISUSUN OLEH :

                  Nama            : Dwi Wahyuni

              NPM             : F0I020072

  Kelas            : 1B

                                                            Nama Dosen : Suci Rahmawati, S.Farm, Apt., M.Farm


LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PRODI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


    A. TUJUAN

       Adapun tujuan didalamnya praktikum ini yaitu :

1.      Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis sterilisasi

2.      Untuk mengetahui teknik-teknik sterilisasi alat dilaboratorium mikrobiologi dan menerapkan teknik-teknik tersebut dalam melakukan sterilisasi alat-alat laboratorium termaksud dalam percobaan ini agar percobaan dapat berlangsung dengan baik

3.      Mengenal dan mengetahui macam-macam alat dan bahan dalam pemeriksaan mikrobiologi,

4.      Mengenal dan mengetahui macam-macam alat dan bahan dalam pemeriksaan mikrobiologi,

5.      Mempelajari cara menyiapkan alat dan bahan dalam pemeriksaan mikrobiologi.


B. LANDASAN TEORI

Sterilisasi dalam mikrobiologi ialah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau didalam suatu benda atau daerah. Ketika untuk pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptic, sesungguhnya hal itu telah lama menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun, kebanyakan peralatan dan media yang umum dipakai didalam pekerjaan mikrobiologi akan menjadi rusak bila dibakar. Untungnya tersedia bebagai metode lain yang efektif.(anonym,2012).

   Cara-cara sterilisasi dan desinfeksi yaitu pembersihan, sinar matahari, sinar ultraviolet, sinar-x, sinar-gamma, pendinginan, dan pemanasan. Macam-macam cara sterilisasi dengan pemanasan yaitu pemanasan dalam nyala api,pemanasan dengan udara panas (dry heat oven), merendam dalam air mendidih (menggodog), pemanasan dengan uap air yang mengalir, dengan uap air bertekanan (autoklaf), dan cara sterilisasi benda-benda yang tidak tahan suhu tinggi misalnya pasteurisasi, tyndalisasi, dengan pengeringan, dengan penyaringan (filtrasi), dan dengan menggunakan zat kimia (desinfektan).(indan,2003).

     Pematian mikroorganisme mendasari metode kerja mikrobiologi dan pengawetan bahan makanan. Pembebasan suatu bahan dari mikroorganisme hidup atau dalam stadium istirahatnya disebut sterilisasi. Jika suatu larutan tidak steril atau yang sudah ditanami kuman, tanpa dikehendaki dicemari oleh mikroorganisme, peristiwa ini disebut dengan kontaminasi atau pencemaran.(hans,1994).

   Metode Sterilisasi

Metode sterilisasi yaitu teknik atau cara yang digunakan dalam melakukan proses sterilisasi suatu bahan atau produk, dan metode tersebut harus menjamin produk yang dihasilkan steril. Menurut CPOB 2018, terdapat beberapa metode sterilisasi,yaitu :

a.       Sterilisasi cara panas

  Sterilisasi cara panas merupakan sterilisasi yang dianggap paling efektif, tetapi kelemahannya tidak bisa diaplikasikan pada zat aktif yang tidak tahan panas. Sterilisasi cara panas dibagi menjadi dua, anatara lain:

-          Sterilisasi cara panas basah
  Sterilisasi cara panas basah merupakan sterilisasi dengan jaminan paling tinggi, digunakan
untuk bahan yang tahan terhadap suhu tinggi. Suhu dan tekanan hendaklah digunakan untuk
memantau proses sterilisasi. Mekanisme sterilisasi cara panas basah adalah dengan koagulasi
protein dan juga pelelahan membran sel. Ikatan hidrogen pada protein terjadi antara gugus
amino dengan gugus karboksil, ikatan ini mudah putus dengan adanya molekul air karena terjadi
ikatan hidrogen antara kedua gugus tersebut dengan molekul air.                                                
Selain produk dalam wadah yang disegel, produk yang akan disterilkan hendaklah dibungkus
dengan bahan  yang memungkinkan penghilangan udara dan penetrasi uap, tapi dapat mencegah
rekontaminasi setelah sterilisasi. Semua bagian muatan hendaklah bersentuhan dengan agen
pensteril pada suhu  dan waktu yang dipersyaratkan. Hendaklah diperhatikan agar uap yang
dipakai pada proses sterilisasi mempunyai mutu yang tepat (kimiawi, mikrobiologis dan
endotoksin pada analisis kondensat) dan mencemari produk atau peralatan.
-          Sterilisasi cara panas kering

  Merupakan sterilisasi dengan udara panas/suhu yang tinggi, dimana terjadi dehidrasi sel pada mikroorganisme yang dilanjutkan dengan proses kering umumnya digunakan untuk disterilisasi dengan proses oksidasi. Sterilisasi cara panas kering umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilisasi dengan uap air panas, karena sifatnya yang tidak dapat ditembus atau tidak tahan dengan uap air. Proses ini dilakukan dengan menyirkulasikan udara dalam chamber dan menjaga tekanan positif untuk mencegah udara non steril masuk. Udara masuk melalui filter HEPA(High Efficiency Particulate Air). Sterilisasi panas kering menghasilkan kondisi yang steril, bebas pirogen dan bebas partikulat.

b.      Sterilisasi cara radiasi
  Sterilisasi dengan cara radiasi terutama digunakan untuk bahan dan produk yang peka terhadap
panas. Banyak obat dan bahan pengemas peka terhadap radiasi, sehingga metode ini hanya
dipakai jika terbukti tidak berdampak merusak yang dibuktikan melalui eksperimen. Biasanya
radiasi ultraviolet tidak diterima sebagai  metode sterilisasi. Dosis radiasi diukur selama proses
sterilisasi. Untuk itu, perlu digunakan indicator dosimetri, yang independen terhadap tingkat
dosis yang seharusnya digunakan dan menunjukan jumlah dosis yang diterima oleh produk.
Dosimeter diselipkan diantara muatan dalam jumlah yang cukup dan saling berdekatan
memastikan bahwa selalu ada dosemeter dalam iradiator. Dosimeter plastik digunakan selalu
dalam kondisi terkalibrasi.
  Serapan dosimeter dibaca segera setelah pemaparan terhadap radiasi. Indicator biologis dapat
dipakai sebagai alat pemantau tambahan. Cakram warna peka-radiasi dapat dipakai untuk
membedakan kemasan yang sudah diradiasi dan yang belum, namun bukan indikator
keberhasilan proses sterilisasi.
c.       Sterilisasi dengan etilen oksida
  Metode  sterilisasi dengan etilen oksida hanya digunakan bila cara lain tidak dapat diterapkan
selama proses validasi harus dibuktikan bahwa tidak ada akibat yang merusak produk. Kondisi
dan waktu yang diberikan untuk menghilangkan gas ditentukan untuk mengurangi gas residu
dan zat hasil reaksi sampai pada batas yang dapat diterima yang sudah ditetapkan untuk tiap
produk atau bahan. Kontak langsung antara gas dan sel mikroba adalah esensial, tindakan
pencegahan dilakukan untuk menghindarkan organisme yang mungkin terperangkap dalam
bahan misal dalam kristal atau protein yang dikeringkan. Jumlah dan sifat bahan pengemas
dapat mempengaruhi proses secara signifikat. Sebelum dipaparkan pada gas, bahan disesuaikan
dengan kelembaban dan suhu yang dipersyaratkan untuk proses. Waktu yang diperlukan tidak
mengurangi waktu untuk fase sebelum sterilisasi.
  Semua siklus sterilisasi dipantau dengan indikator biologis yang sesuai dalam jumlah yang
cukup dan tersebar untuk semua muatan. Indikator  biologis disimpan dan digunakan sesuai
dengan pembuatnya dan kinerjanya diuji terhadap control positif. Untuk tiap siklus sterilisasi,
dibuat catatan yang mencakup waktu yang digunakan untuk menyelesaikan siklus sterilisasi,
tekanan, suhu dan kelembaban chamber sterilisasi selama proses dan konsetasi gas serta jumlah
gas yang digunakan. Suhu dan tekanan dicatat pada lembar pencatat selama siklus berlangsung.
Setelah sterilisasi, muatan disimpan dengan cara yang terkendali didalam ruangan berventilasi
baik untuk memungkinkan gas residua tau zat hasil reaksi atau zat hasil reaksi berkurang sampai
tingkat yang ditentukan.  
d.      Sterilisasi dengan panas lembab

   Sterilisasi dengan panas lembab biasanya dilakukan dalam suatu bejana logam yang disebut  autoklaf. Sterilisasi ini dilakukan dengan uap air jenuh bertekanan 15 lb/in2(15Psi/Pound square  inch)  selama +15 menit pada suhu 121°C. Suhu tersebut merupakan suhu sterilisasi terbaik untuk bahan--bahan yang akan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Hubungan antara tekanan dan suhu tersebut  hanya berlaku bagi tempat-tempat pada  permukaan laut. Untuk  tempat-tempat diatas permukaan laut diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mencapai suhu yang sama.

  Autoklaf  pada  umumnya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang dapat ditembus  oleh kelembapan(tidak menolak air)tanpa merusaknya.Contoh  bahan  yang  dapat  disterilkan  dengan autoklaf adalah media biakan, larutan, kapas, sumbar karet, dan peralatan laboratorium. Kontak langsung antara uap air dan benda yang akan disterilkan amat penting bagi keberhasilan sterilisasi. Penataan  muatan  didalam  autoklaf  harus  agak  longgar  sehingga  memungkinkan

tekanan uap air menembus ke seluruh bahan-bahan yang disterilkan tersebut. Pengaruh panas lembab di dalam proses sterilisasi ialah mengkoagulasikan protein-protein mikroba dan mengaktifkannya secara searah tak terkebalikan. Proses sterilisasidapat berjalan dengan baik jika di dalam autoklaf  hanya terdiri atas uap air saja tanpa ada udara. Oleh karena itu, udara yang ada di dalam autoklaf harus dikeluarkan dahulu. Setelah di dalam autoklaf tidak ada udara  lagi, uap air dibiarkan mengisi ruangan sampai suhu mencapai 121°C. Setelah suhu tersebut tercapai masih diperlukan waktu antara 11-12 menit untuk mematikan endospora bakteri yang tahan panas.

  Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi antara lain kepadatan muatan, volume cairan, dan ukuran wadah yang dipakai. Umumnya bahan yang memakan tempat dan  mendekati kedap air memerlukan pemanasan yang lebih lama.Volume media di dalam botol atau labu jangan sampai melebihi dua  pertiga dari tinggi wadah. Wadah sterilisasi yang  berukuran kecil semakin baik digunakan. Sebagai contoh jika ingin mensterilkan lima liter media lebih baik menggunakan lima labu yang masing-masin berisi satu liter media daripada menggunakan satu labu berisi lima liter media.Volume yang lebih kecil memerlukan waktu  sterilisasi yang lebih pendek. Jadi, lamanya siklus sterilisasi harus disesuaikan dengan ukuran dan jumlah wadah.

  Hal yang harus diperhatikan pula yaitu botol tidak boleh disumbat terlalu ketat  sehingga  kedap  udara. Untuk  menyumbat  dapat  digunakan  kapas  yang kemudian dilindungi dengan  kertas  atau  alumumium foil supaya  kapas  tidak terkena tetesan air sewaktu sterilisasi. Apabila perlu, dapat juga digunakan sumbat karet, tutup sekrup, atau tutup plastik. Laju pendinginan dan pembebasan tekanan harus dilakukan dengan perlahan-lahan untuk mencegah pecahnya perangkat kaca pada waktu siklus sterilisasi telah selesai. Untuk itu, suhu di dalam autoklaf harus dibiarkan turun kembali seperti suhu kamar sebelum tutup autoklaf dibuka.

(Suriawira,2005)

  

 C. ALAT DAN BAHAN

a.      Alat
-         Tabung reaksi
-         Bunsen
-         Autoklaf
-         Rak tabung reaksi
-         Gelas ukur
-         Erlenmeyern
-         Hot plate
-         Stirrer
-         Batang pengaduk
-         Cawan petri
-         Oven
-         Pipet volumterik
-         Botol semprot alkohol

 b.   Bahan 
-         Alumunium foil dan kapas
-         Aquades
-     spritus 
-         Na (Nutrient Agat)
-         Plastic wrap
-         Tissue
-         Kertas label
-         Kertas pembungkus
-         Alkohol 70%
  
  
 D. PROSEDUR PERCOBAAN

          Persiapan alat sebelum sterilisasi dengan autoklaf 

a.       Bekerja dengan Teknis Aseptis
-          Rapikan meja dari alat-alat dan bahan yang masih ada di atasnya
-          Lakukan penyemprotan sekitar meja kerja dengan alcohol 70% beberapa
kali sampai rata
-          Semprotkan meja dan tangan dengan alkohol 70% (semprotkan ke tangan dan usapkan ke seluruh permukaan tangan)
-          Gunakan sarung tangan (gloves) (jika tangan sudah kering dari alkohol)
-          Letakkan alat dan bahan yang diperlukan di atas meja yang sudah disterilkan
-          Semprotkan semua permukaan alat dengan alkohol 70%
-          Letakkan pembakar Bunsen, nyalakan dan tunggu beberapa saat
-          Apabila tidak menggunakan gloves, sebelum memulai melakukan pekerjaan, semprotkan kembali alcohol 70% ke tangan dan usapkan ke seluruh permukaan tangan, dan
-          Mulailah melakukan pekerjaan.

b.       Dengan metode lain
-          Siapkan semua alat yang akan digunakan pada saat kerja
-          Bungkuslah semua alat (yang terbuat dari gelas kaca dan yang tahan terhadap pemanasan) menggunakan kertas sampul coklat, beberapa alat menggunakan aluminium foil dan kemudian ikat kencang menggunakan karet.
-          Masukan semua alat yang sudah terbungkus rapat ke dalam autoklaf
-          Nyalakan autoklaf dan lakukan proses sterilisasi. Keluarkan semua alat dan letakkan di tempat yang bersih (ingat, keluarkan alat apabila suhu di autoklaf sudah menunjukkan angka nol 0)
-          Jangan membuka pembungkus jika alat tersebut belum akan digunakan (bungkus dibuka hanya apabila alat tersebut akan digunakan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meminalisir terjadinya kontaminasi terhadap alat-alat yang sudah steril).
 

E.     HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Gambar

Keterangan

A.     Sebelum Sterilisasi


Sebelum sterilisasi

B. Sesudah Sterilisasi


Sesudah sterilisasi

PEMBAHASAN

Metode Sterilisasi

Metode sterilisasi yaitu teknik atau cara yang digunakan dalam melakukan proses sterilisasi suatu bahan atau produk, dan metode tersebut harus menjamin produk yang dihasilkan steril. Menurut CPOB 2018, terdapat beberapa metode sterilisasi, yaitu:

a.       Sterilisasi Cara Panas*

Sterilisasi cara panas merupakan sterilisasi yang dianggap paling efektif, tetapi kelemahannya tidak bisa diaplikasikan pada zat aktif yang tidak tahan panas. Sterilisasi cara panas dibagi menjadi dua, antara lain:

b.      Sterilisasi Cara Panas Basah

Sterilisasi cara panas basah merupakan sterilisasi dengan jaminan paling tinggi, digunakan untuk bahan yang tahan terhadap suhu tinggi. Suhu dan tekanan hendaklah digunakan untuk memantau proses sterilisasi. Mekanisme sterilisasi cara panas basah adalah dengan koagulasi protein dan juga pelelahan membra sel. Ikatan hidrogen  pada protein terjadi antara gugus amino dengan gugus karboksil, ikatan ini mudah putus dengan adanya molekul air karena terjadi ikatan hidrogen antara kedua gugus tersebut dengan molekul air.

Selain produk dalam wadah yang disegel, produk yang akan disterilkan hendaklah dibungkus dengan bahan yang memungkinkan penghilangan udara dan penetrasi uap, tapi dapat mencegah rekontaminasi setelah sterilisasi. Semua bagian muatan hendaklah bersentuhan dengan agen penstreil pada suhu dan waktu yang dipersyaratkan. Hendaklah diperhatikan agar uap yang dipakai pada proses sterilisasi mempunyai mutu yang tepat (kimiawi, mikrobiologis dan endotoksin pada analisis kondensat) dan tidak mengandung zat tambahan dalam kadar yang dapat mencemari produk atau peralatan.

c.       Sterilisasi Cara Panas Kering

Merupakan sterilisasi dengan udara panas/suhu yang tinggi, dimana terjadi dehidrasi sel pada mikroorganisme yang dilanjutkan dengan proses oksidasi. Sterilisasi cara panas kering umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilisasi dengan uap air panas, karena sifatnya yang tidak dapat ditembus atau tidak tahan dengan uap air. Proses ini dilakukan dengan menyirkulasikan udara dalam chamber dan menjaga tekanan positif untuk mencegah udara non steril masuk. Udara masuk melalui filter HEPA (High Efficiency Particulate Air). Sterilisasi panas kering menghasilkan kondisi yang steril, bebas pirogen dan bebas partikulat.

d.      Sterilisasi Cara Radiasi

Sterilisasi dengan cara radiasi terutama digunakan untuk bahan dan produk  yang peka terhadap panas. Banyak obat dan bahan pengemas peka terhadap radiasi, sehingga metode ini hanya dipakai jika terbukti tidak berdampak merusak yang dibuktikan melalui eksperimen. Biasanya radiasi ultraviolet tidak diterima sebagai metode sterilisasi. Dosis radiasi diukur selama proses sterilisasi. Untuk itu, perlu digunakan indikator dosimetri, yang independen terhadap tingkat dosis yang seharusnya digunakan dan menunjukkan jumlah dosis yang diterima oleh produk. Dosimeter diselipkan di antara muatan dalam jumlah yang cukup dan saling berdekatan untuk memastikan bahwa selalu ada dosimeter dalam irradiator. Dosimeter  plastik  digunakan  selalu  dalam  kondisi  terkalibrasi.  Serapan dosimeter dibaca segera setelah pemaparan terhadap radiasi. Indikator biologis dapat dipakai sebagai alat pemantau tambahan. Cakram warna peka-radiasi dapat dipakai untuk membedakan kemasan yang sudah diradiasi dan yang belum, namun bukan indikator keberhasilan proses sterilisasi.

e.       Sterilisasi dengan Etilen Oksida

Metode sterilisasi dengan etilen oksida hanya digunakan bila cara lain tidak dapat diterapkan. Selama proses validasi harus dibuktikan bahwa tidak ada akibat yang merusak produk. Kondisi dan waktu yang diberikan untuk menghilangkan gas ditentukan untuk mengurangi gas residu dan zat hasil reaksi sampai pada batas yang adapat diterima yang sudah ditetapkan 


F.    KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum mikrobiologi harus dalam keadaan steril atau bebas dari mikroorganisme baik yang patogen atau pun yang tidak. Baik yang vegetatif maupun yang non-vegetatif (spora).
2. Metode sterilisasi antara lain secara fisik, kimia, dan mekamik.
3. Sterilisasi dengan menggunakan autoklaf termasuk kedalam sterilisasi fisik yang menggunakan pemanasan basah ( menggunakan uap air bertekanan) yang dilakukan pada suhu 121 C dan tekanan 15 Psi selama 15 menit.
4. Alat dan bahan yang disterilisasi dengan autoklaf ini harus dapat ditembus dengan uap air (bukan alat atau benda yang menolak uap air/hidrofobik).

SARAN
Saran di harapkan untuk praktikum selanjutnya, praktikan harus lebih tertib lagi dalam menjalankan praktikum agar bisa mendapatkan hasil yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

-          Anonym. 2012. Jurnal Pengenalan Alat dan Sterilisasi.

-          Anonym. 2012. Sterilisasi secara kimia

-          Indan. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. PT. Citra Aditya Bakti; Bandung.

-          Suriawira. 2005. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung.

-          Yusriani, dr. 2008. Kumpulan Diktat Kuliah Mikrobiologi. UIT; Makassar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

identifikasi gugus fenol pada paracetamol

  “IDENTIFIKASI GUGUS FENOL PADA   PARACETAMOL”                                                                       DISUSUN OLEH...