LAPORAN
PRAKTIKUM
“STERILISASI
ALAT DILABORATORIUM MIKROBIOLOGI”
DISUSUN OLEH :
Nama : Dwi Wahyuni
NPM : F0I020072
Kelas : 1B
Nama Dosen : Suci Rahmawati, S.Farm, Apt., M.Farm
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI
PRODI
D3 FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
BENGKULU
TAHUN
AKADEMIK 2021/2022
A. TUJUAN
Adapun tujuan didalamnya praktikum ini yaitu :
1.
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis sterilisasi
2.
Untuk
mengetahui teknik-teknik sterilisasi alat dilaboratorium mikrobiologi dan
menerapkan teknik-teknik tersebut dalam melakukan sterilisasi alat-alat
laboratorium termaksud dalam percobaan ini agar percobaan dapat berlangsung
dengan baik
3.
Mengenal
dan mengetahui macam-macam alat dan bahan dalam pemeriksaan mikrobiologi,
4.
Mengenal
dan mengetahui macam-macam alat dan bahan dalam pemeriksaan mikrobiologi,
5. Mempelajari cara menyiapkan alat dan bahan dalam pemeriksaan mikrobiologi.
B. LANDASAN TEORI
Sterilisasi dalam mikrobiologi ialah suatu proses untuk
mematikan semua organisme yang terdapat pada atau didalam suatu benda atau
daerah. Ketika untuk pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara
aseptic, sesungguhnya hal itu telah lama menggunakan salah satu cara sterilisasi,
yaitu pembakaran. Namun, kebanyakan peralatan dan media yang umum dipakai
didalam pekerjaan mikrobiologi akan menjadi rusak bila dibakar. Untungnya
tersedia bebagai metode lain yang efektif.(anonym,2012).
Cara-cara
sterilisasi dan desinfeksi yaitu pembersihan, sinar matahari, sinar
ultraviolet, sinar-x, sinar-gamma, pendinginan, dan pemanasan. Macam-macam cara
sterilisasi dengan pemanasan yaitu pemanasan dalam nyala api,pemanasan dengan
udara panas (dry heat oven), merendam dalam air mendidih (menggodog), pemanasan
dengan uap air yang mengalir, dengan uap air bertekanan (autoklaf), dan cara
sterilisasi benda-benda yang tidak tahan suhu tinggi misalnya pasteurisasi,
tyndalisasi, dengan pengeringan, dengan penyaringan (filtrasi), dan dengan
menggunakan zat kimia (desinfektan).(indan,2003).
Pematian mikroorganisme mendasari metode
kerja mikrobiologi dan pengawetan bahan makanan. Pembebasan suatu bahan dari
mikroorganisme hidup atau dalam stadium istirahatnya disebut sterilisasi. Jika
suatu larutan tidak steril atau yang sudah ditanami kuman, tanpa dikehendaki
dicemari oleh mikroorganisme, peristiwa ini disebut dengan kontaminasi atau
pencemaran.(hans,1994).
Metode Sterilisasi
Metode
sterilisasi yaitu teknik atau cara yang digunakan dalam melakukan proses
sterilisasi suatu bahan atau produk, dan metode tersebut harus menjamin produk
yang dihasilkan steril. Menurut CPOB 2018, terdapat beberapa metode
sterilisasi,yaitu :
a.
Sterilisasi cara panas
Sterilisasi cara
panas merupakan sterilisasi yang dianggap paling efektif, tetapi kelemahannya
tidak bisa diaplikasikan pada zat aktif yang tidak tahan panas. Sterilisasi
cara panas dibagi menjadi dua, anatara lain:
untuk bahan yang tahan terhadap suhu tinggi. Suhu dan tekanan hendaklah digunakan untuk
memantau proses sterilisasi. Mekanisme sterilisasi cara panas basah adalah dengan koagulasi
protein dan juga pelelahan membran sel. Ikatan hidrogen pada protein terjadi antara gugus
amino dengan gugus karboksil, ikatan ini mudah putus dengan adanya molekul air karena terjadi
ikatan hidrogen antara kedua gugus tersebut dengan molekul air.
Selain produk dalam wadah yang disegel, produk yang akan disterilkan hendaklah dibungkus
dengan bahan yang memungkinkan penghilangan udara dan penetrasi uap, tapi dapat mencegah
rekontaminasi setelah sterilisasi. Semua bagian muatan hendaklah bersentuhan dengan agen
pensteril pada suhu dan waktu yang dipersyaratkan. Hendaklah diperhatikan agar uap yang
dipakai pada proses sterilisasi mempunyai mutu yang tepat (kimiawi, mikrobiologis dan
endotoksin pada analisis kondensat) dan mencemari produk atau peralatan.
- Sterilisasi cara panas kering
Merupakan sterilisasi dengan udara panas/suhu
yang tinggi, dimana terjadi dehidrasi sel pada mikroorganisme yang dilanjutkan
dengan proses kering umumnya digunakan untuk disterilisasi dengan proses
oksidasi. Sterilisasi cara panas kering umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa
yang tidak efektif untuk disterilisasi dengan uap air panas, karena sifatnya
yang tidak dapat ditembus atau tidak tahan dengan uap air. Proses ini dilakukan
dengan menyirkulasikan udara dalam chamber dan menjaga tekanan positif untuk
mencegah udara non steril masuk. Udara masuk melalui filter HEPA(High
Efficiency Particulate Air). Sterilisasi panas kering menghasilkan kondisi yang
steril, bebas pirogen dan bebas partikulat.
panas. Banyak obat dan bahan pengemas peka terhadap radiasi, sehingga metode ini hanya
dipakai jika terbukti tidak berdampak merusak yang dibuktikan melalui eksperimen. Biasanya
radiasi ultraviolet tidak diterima sebagai metode sterilisasi. Dosis radiasi diukur selama proses
sterilisasi. Untuk itu, perlu digunakan indicator dosimetri, yang independen terhadap tingkat
dosis yang seharusnya digunakan dan menunjukan jumlah dosis yang diterima oleh produk.
Dosimeter diselipkan diantara muatan dalam jumlah yang cukup dan saling berdekatan
memastikan bahwa selalu ada dosemeter dalam iradiator. Dosimeter plastik digunakan selalu
dalam kondisi terkalibrasi.
Serapan dosimeter dibaca segera setelah pemaparan terhadap radiasi. Indicator biologis dapat
dipakai sebagai alat pemantau tambahan. Cakram warna peka-radiasi dapat dipakai untuk
membedakan kemasan yang sudah diradiasi dan yang belum, namun bukan indikator
keberhasilan proses sterilisasi.
c. Sterilisasi dengan etilen oksida
selama proses validasi harus dibuktikan bahwa tidak ada akibat yang merusak produk. Kondisi
dan waktu yang diberikan untuk menghilangkan gas ditentukan untuk mengurangi gas residu
dan zat hasil reaksi sampai pada batas yang dapat diterima yang sudah ditetapkan untuk tiap
produk atau bahan. Kontak langsung antara gas dan sel mikroba adalah esensial, tindakan
pencegahan dilakukan untuk menghindarkan organisme yang mungkin terperangkap dalam
bahan misal dalam kristal atau protein yang dikeringkan. Jumlah dan sifat bahan pengemas
dapat mempengaruhi proses secara signifikat. Sebelum dipaparkan pada gas, bahan disesuaikan
dengan kelembaban dan suhu yang dipersyaratkan untuk proses. Waktu yang diperlukan tidak
mengurangi waktu untuk fase sebelum sterilisasi.
Semua siklus sterilisasi dipantau dengan indikator biologis yang sesuai dalam jumlah yang
cukup dan tersebar untuk semua muatan. Indikator biologis disimpan dan digunakan sesuai
dengan pembuatnya dan kinerjanya diuji terhadap control positif. Untuk tiap siklus sterilisasi,
dibuat catatan yang mencakup waktu yang digunakan untuk menyelesaikan siklus sterilisasi,
tekanan, suhu dan kelembaban chamber sterilisasi selama proses dan konsetasi gas serta jumlah
gas yang digunakan. Suhu dan tekanan dicatat pada lembar pencatat selama siklus berlangsung.
Setelah sterilisasi, muatan disimpan dengan cara yang terkendali didalam ruangan berventilasi
baik untuk memungkinkan gas residua tau zat hasil reaksi atau zat hasil reaksi berkurang sampai
tingkat yang ditentukan.
d. Sterilisasi dengan panas lembab
Sterilisasi dengan panas lembab biasanya
dilakukan dalam suatu bejana logam yang disebut
autoklaf. Sterilisasi ini dilakukan dengan uap air jenuh bertekanan 15
lb/in2(15Psi/Pound square inch) selama +15 menit pada suhu 121°C. Suhu
tersebut merupakan suhu sterilisasi terbaik untuk bahan--bahan yang akan
disimpan dalam waktu yang cukup lama. Hubungan antara tekanan dan suhu tersebut hanya berlaku bagi tempat-tempat pada permukaan laut. Untuk tempat-tempat diatas permukaan laut
diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mencapai suhu yang sama.
Autoklaf
pada umumnya digunakan untuk
mensterilkan bahan-bahan yang dapat ditembus
oleh kelembapan(tidak menolak air)tanpa merusaknya.Contoh bahan
yang dapat disterilkan
dengan autoklaf adalah media biakan, larutan, kapas, sumbar karet, dan
peralatan laboratorium. Kontak langsung antara uap air dan benda yang akan
disterilkan amat penting bagi keberhasilan sterilisasi. Penataan muatan
didalam autoklaf harus
agak longgar sehingga
memungkinkan
tekanan
uap air menembus ke seluruh bahan-bahan yang disterilkan tersebut. Pengaruh
panas lembab di dalam proses sterilisasi ialah mengkoagulasikan protein-protein
mikroba dan mengaktifkannya secara searah tak terkebalikan. Proses sterilisasidapat
berjalan dengan baik jika di dalam autoklaf
hanya terdiri atas uap air saja tanpa ada udara. Oleh karena itu, udara yang
ada di dalam autoklaf harus dikeluarkan dahulu. Setelah di dalam autoklaf tidak
ada udara lagi, uap air dibiarkan
mengisi ruangan sampai suhu mencapai 121°C. Setelah suhu tersebut tercapai
masih diperlukan waktu antara 11-12 menit untuk mematikan endospora bakteri
yang tahan panas.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
sterilisasi antara lain kepadatan muatan, volume cairan, dan ukuran wadah yang dipakai.
Umumnya bahan yang memakan tempat dan mendekati
kedap air memerlukan pemanasan yang lebih lama.Volume media di dalam botol atau
labu jangan sampai melebihi dua pertiga
dari tinggi wadah. Wadah sterilisasi yang
berukuran kecil semakin baik digunakan. Sebagai contoh jika ingin
mensterilkan lima liter media lebih baik menggunakan lima labu yang masing-masin
berisi satu liter media daripada menggunakan satu labu berisi lima liter
media.Volume yang lebih kecil memerlukan waktu
sterilisasi yang lebih pendek. Jadi, lamanya siklus sterilisasi harus
disesuaikan dengan ukuran dan jumlah wadah.
Hal yang harus diperhatikan pula yaitu botol
tidak boleh disumbat terlalu ketat
sehingga kedap udara. Untuk
menyumbat dapat digunakan
kapas yang kemudian dilindungi dengan kertas
atau alumumium foil supaya kapas
tidak terkena tetesan air sewaktu sterilisasi. Apabila perlu, dapat juga
digunakan sumbat karet, tutup sekrup, atau tutup plastik. Laju pendinginan dan
pembebasan tekanan harus dilakukan dengan perlahan-lahan untuk mencegah
pecahnya perangkat kaca pada waktu siklus sterilisasi telah selesai. Untuk itu,
suhu di dalam autoklaf harus dibiarkan turun kembali seperti suhu kamar sebelum
tutup autoklaf dibuka.
(Suriawira,2005)
C. ALAT DAN BAHAN
- Tabung reaksi
- Bunsen
- Autoklaf
- Rak tabung reaksi
- Gelas ukur
- Erlenmeyern
- Hot plate
- Stirrer
- Batang pengaduk
- Cawan petri
- Oven
- Pipet volumterik
- Botol semprot alkohol
Persiapan alat sebelum sterilisasi dengan
autoklaf
- Semprotkan meja dan tangan dengan alkohol 70% (semprotkan ke tangan dan usapkan ke seluruh permukaan tangan)
E. HASIL DAN
PEMBAHASAN
HASIL
Gambar |
Keterangan |
A. Sebelum
Sterilisasi |
Sebelum sterilisasi |
B. Sesudah Sterilisasi |
Sesudah sterilisasi |
PEMBAHASAN
Metode Sterilisasi
Metode sterilisasi yaitu teknik atau cara yang
digunakan dalam melakukan proses sterilisasi suatu bahan atau produk, dan
metode tersebut harus menjamin produk yang dihasilkan steril. Menurut CPOB
2018, terdapat beberapa metode sterilisasi, yaitu:
a. Sterilisasi
Cara Panas*
Sterilisasi cara panas merupakan sterilisasi yang
dianggap paling efektif, tetapi kelemahannya tidak bisa diaplikasikan pada zat
aktif yang tidak tahan panas. Sterilisasi cara panas dibagi menjadi dua, antara
lain:
b. Sterilisasi
Cara Panas Basah
Sterilisasi cara panas basah merupakan sterilisasi
dengan jaminan paling tinggi, digunakan untuk bahan yang tahan terhadap suhu
tinggi. Suhu dan tekanan hendaklah digunakan untuk memantau proses sterilisasi.
Mekanisme sterilisasi cara panas basah adalah dengan koagulasi protein dan juga
pelelahan membra sel. Ikatan hidrogen pada protein terjadi antara gugus
amino dengan gugus karboksil, ikatan ini mudah putus dengan adanya molekul air
karena terjadi ikatan hidrogen antara kedua gugus tersebut dengan molekul air.
Selain produk dalam wadah yang disegel, produk yang
akan disterilkan hendaklah dibungkus dengan bahan yang memungkinkan
penghilangan udara dan penetrasi uap, tapi dapat mencegah rekontaminasi setelah
sterilisasi. Semua bagian muatan hendaklah bersentuhan dengan agen penstreil
pada suhu dan waktu yang dipersyaratkan. Hendaklah diperhatikan agar uap yang
dipakai pada proses sterilisasi mempunyai mutu yang tepat (kimiawi,
mikrobiologis dan endotoksin pada analisis kondensat) dan tidak mengandung zat
tambahan dalam kadar yang dapat mencemari produk atau peralatan.
c. Sterilisasi
Cara Panas Kering
Merupakan sterilisasi dengan udara panas/suhu yang
tinggi, dimana terjadi dehidrasi sel pada mikroorganisme yang dilanjutkan dengan
proses oksidasi. Sterilisasi cara panas kering umumnya digunakan untuk
senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilisasi dengan uap air panas,
karena sifatnya yang tidak dapat ditembus atau tidak tahan dengan uap air.
Proses ini dilakukan dengan menyirkulasikan udara dalam chamber dan menjaga
tekanan positif untuk mencegah udara non steril masuk. Udara masuk melalui
filter HEPA (High Efficiency Particulate Air). Sterilisasi panas kering
menghasilkan kondisi yang steril, bebas pirogen dan bebas partikulat.
d. Sterilisasi
Cara Radiasi
Sterilisasi dengan cara radiasi terutama digunakan untuk bahan dan produk yang peka terhadap panas. Banyak obat dan bahan pengemas peka terhadap radiasi, sehingga metode ini hanya dipakai jika terbukti tidak berdampak merusak yang dibuktikan melalui eksperimen. Biasanya radiasi ultraviolet tidak diterima sebagai metode sterilisasi. Dosis radiasi diukur selama proses sterilisasi. Untuk itu, perlu digunakan indikator dosimetri, yang independen terhadap tingkat dosis yang seharusnya digunakan dan menunjukkan jumlah dosis yang diterima oleh produk. Dosimeter diselipkan di antara muatan dalam jumlah yang cukup dan saling berdekatan untuk memastikan bahwa selalu ada dosimeter dalam irradiator. Dosimeter plastik digunakan selalu dalam kondisi terkalibrasi. Serapan dosimeter dibaca segera setelah pemaparan terhadap radiasi. Indikator biologis dapat dipakai sebagai alat pemantau tambahan. Cakram warna peka-radiasi dapat dipakai untuk membedakan kemasan yang sudah diradiasi dan yang belum, namun bukan indikator keberhasilan proses sterilisasi.
e. Sterilisasi
dengan Etilen Oksida
Metode sterilisasi dengan etilen oksida hanya
digunakan bila cara lain tidak dapat diterapkan. Selama proses validasi harus
dibuktikan bahwa tidak ada akibat yang merusak produk. Kondisi dan waktu yang
diberikan untuk menghilangkan gas ditentukan untuk mengurangi gas residu dan
zat hasil reaksi sampai pada batas yang adapat diterima yang sudah ditetapkan
F. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum mikrobiologi harus dalam keadaan steril atau bebas dari mikroorganisme baik yang patogen atau pun yang tidak. Baik yang vegetatif maupun yang non-vegetatif (spora).
2. Metode sterilisasi antara lain secara fisik, kimia, dan mekamik.
3. Sterilisasi dengan menggunakan autoklaf termasuk kedalam sterilisasi fisik yang menggunakan pemanasan basah ( menggunakan uap air bertekanan) yang dilakukan pada suhu 121 C dan tekanan 15 Psi selama 15 menit.
4. Alat dan bahan yang disterilisasi dengan autoklaf ini harus dapat ditembus dengan uap air (bukan alat atau benda yang menolak uap air/hidrofobik).
Saran di harapkan untuk praktikum selanjutnya, praktikan harus lebih tertib lagi dalam menjalankan praktikum agar bisa mendapatkan hasil yang lebih baik.
-
Anonym. 2012. Jurnal Pengenalan Alat
dan Sterilisasi.
-
Anonym. 2012. Sterilisasi secara
kimia
-
Indan. 2003. Mikrobiologi dan
Parasitologi. PT. Citra Aditya Bakti; Bandung.
-
Suriawira. 2005. Pengantar
Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung.
-
Yusriani, dr. 2008. Kumpulan Diktat
Kuliah Mikrobiologi. UIT; Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar