Senin, 05 April 2021

Laporan Praktikum Pewarnaan Jamur (Fungi)

 

LAPORAN PRAKTIKUM

“PEWARNAAN JAMUR (FUNGI)”




DISUSUN OLEH :

    Nama : Dwi Wahyuni
NPM :F0I020072
Kelas : 1B
                                                          Nama Dosen : Suci Rahmawati, S.Farm, Apt., M.Farm



LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PRODI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


A.     Tujuan 

  Mengidentifikasi morfologi pada jamur 


B.   Landasan  Teori

 Jamur
    Jamur pada umumnya adalah jasad yang berbentuk benang, multiseluler, tidak berkhlorofil dan belum mempunyai diferensiasi dalam jaringan. Ada pula yang hanya terdiri dari satu sel.   Struktur jamur.  Walaupun jamur dapat dilihat, namun masing-masing sel adalah mikroskopik. Jamur tersusun atas benang-benang sel yang disebut hifa. Jika jamur tumbuh, hifa saling membelit untuk membentuk massa benang yang disebut miselium yang cukup besar untuk dilihat dengan mata (Lim, 2006).
Kapang
-           Ciri-ciri
     Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang termasuk mikroba yang penting dalam mikrobiologi pangan karena selain berperan penting dalam industri makanan, kapang juga banyak menjadi penyebab kerusakan pangan. Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang (Buchanan, 2003)
        Pada umumnya kebanyakan kapang membutuhkan aw minimal untuk pertumbuhan lebih rendah dibandingkan dengan khamir dan bakteri. Kadar air bahan pangan kurang dari 14-15%, misalnya pada beras dan serealia, dapat menghambat atau memperlambat pertumbuhan kebanyakan khamir Pada umumnya kapang dapat menggunakan berbagai komponen makanan, dari yang sederhana hingga kompleks. Kebanyakan kapang memproduksi enzim hidrolitik, misal amylase, pektinase, proteinase dan lipase, oleh karena itu dapat tumbuh pada makanan-makanan yang mengandung pati, pektin, protein atau lipid .Kebanyakan kapang bersifat mesofilik yaitu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25-30 0 C tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-37 0 C atau lebih tinggi. Beberapa kapang bersifat psikrotrofik dan beberapa bersifat termofilik (Colome, 2001).
        Kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut dengan hifa. Kumpulan dari hifa disebut dengan miselium. Hifa tumbuh dari spora yang melakukan germinasi membentuk suatu tuba germ, dimana tuba ini akan tumbuh terus membentuk filamen yang panjang dan bercabang yang disebut hifa, kemudian seterusnya akan membentuk suatu massa hifa yang disebut miselium. Pembentukan miselium merupakan sifat yang membedakan grup-grup didalam fungi. Hifa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu hifa vegetatif atau hifa tumbuh dan hifa fertil yang membentuk bagian reproduksi. Pada kebanyakan kapang hifa fertil tumbuh di atas permukaan, tetapi pada beberapa kapang mungkin terendam. Penyerapan nutrien terjadi pada permukaan miselium. Sifat-sifat kapang baik penampakan makroskopik ataupun mikroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang. Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan struktur hifa yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septat yang membagi hifa dalam ruangan-ruangan, dimana setiap ruangan mempunyai satu atau lebih inti sel (nukleus). Dinding penyekat yang disebut septum tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih bebas bergerak dari suatu ruangan ke ruangan lainnya (Cowan, 2004).
      Pertumbuhan kapang biasanya berjalan lambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan khamir dan bakteri. Oleh karena itu jika kondisi pertumbuhan memungkinkan semua mikroorganisme untuk tumbuh, kapang biasanya kalah dalam kompetisi dengan khamir dan bakteri. Tetapi sekali kapang dapat mulai tumbuh, pertumbuhan yang ditandai dengan pembentukan miselium dapat berlangsung dengan cepat (Fardiaz, 2002).
-          Jenis-jenis
         Kapang dapat dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septat. Septat akan membagi hifa menjadi bagian-bagian, dimana setiap bagian tersebut memiliki inti (nukleus) satu atau lebih. Kapang yang tidak memiliki sepat maka inti sel tersebar di sepanjang hifa. Dinding penyekat pada kapang disebut dengan septum yang tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih dapat bebas bergerak dari satu ruang ke ruang lainnya. Kapang yang bersekat antara lain kelas Ascomycetes, Basidiomycetes  dan Deuteromycetes. Sedangkan kapang yang tidak bersekat yaitu kelas Phycomycetes (Zygomycetes dan Oomycetes) (Lim, 2006).
Khamir
-           Ciri-ciri
           Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikro. Biasanya berukuran 5 sampai 10 kali lebih besar dari bakteri. Beberapa jenis spesies umum digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan anggota divisi Ascomycota, walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota. Beberapa jenis khamir, seperti Candida albicans, dapat menyebabkan infeksi pada manusia (kandidiasis). Lebih dari seribu spesies khamir telah diidentifikasi. Khamir yang paling umum digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae.Pertumbuhan khamir dapat terjadi secara unisel juga dapat melakukan perkembangan dengan pertunasan. Istilah khamir umumnya digunakan untuk bentuk-bentuk yang menyerupai jamur dari kelompok Ascomycetes yang tidak berfilamen tetapi uniseluler berbentuk ovoid atau spheroid (Prescott, 2003).
        Khamir dapat tumbuh dalam media cair dan padat dengan cara yang sama seperti bakteri.  Khamir kebanyakan berkembangbiak secara aseksual atau pertunasan. Pertunasan yaitu suatu proses penonjolan protoplasma keluar dari dinding sel seperti pembentukan tunas, pembesaran, dan akhirnya pelepasan diri menjadi sebuah sel khamir baru. Mula-mula timbul suatu gelembung kecil dari permukaan sel induk. Gelembung ini secara bertahap membesar, dan setelah mencapai ukuran yang sama dengan induknya terjadi pengerutan yang melepaskan tunas dari induknya (Colome, 2001).
Sel yang baru terbentuk selanjutnya akan memasuki tahap pertunasan kembali. Bagi kebanyakan khamir seperti Sacharomyces cerevisae, tunas dapat berkembang dari setiap bagian sel induk (pertunasan multipolar), tetapi bagi beberapa spesies hanya pada bagian tertentu saja. Pada khamir-khamir dengan pertunasan bipolar (spesies Hanseniaspora) pembentukasn tunas terbatas pada dua bagian sel yang berlawanan dan sel berbentuk jeruk (lemon) atau bentuk apikulatif. Pada spesies dari genusTrigonopsis, pertunasan terbatas pada tiga titik dari permukaan segitiga. Beberapa jenis khamir dapat berkembangbiak dengan pembelahan. Kisaran suhu untuk pertumbuhan kebanyakan khamir pada umumnya hampir sama dengan kapang, yaitu suhu optimum 25 – 30 derajat celcius dan suhu maksimum 34 – 47 derajat celcius, tetapi beberapa khamir dapat tumbuh pada suhu 0 derajat celcius. Kebanyakan khamir lebih cepat tumbuh pada pH 4,0 - 4,5 dan tidak dapat tumbuh dengan baik pada medium alkali, kecuali jika telah beradaptasi (Cowan, 2004).
      Khamir bersifat aerob yaitu mutlak memerlukan oksigen. Kecuali khamir yang bersifat fermentatif yang hidup dalam keadaan anaerob yaitu tidak memerlukan oksigen bebas. Nutrisi yang diperlukan khamir untuk pertumbuhan yaitu nitrogen dalam bentuk sederhana atau kompleks misalnya dalam bentuk ammonia dan urea atau asam amino dan polipeptida. Khamir tidak berperan dalam penyakit yang ditularkan melalui makanan . Askospora (spora) khamir dapat dibunuh pada suhu 5 - 10oC lebih besar dari sel vegetatifnya. Sebagian besar askospora khamir terbunuh pada suhu 60oC selama 10 – 15 menit. Ada juga yang resisten pada keadaan tersebut tetapi pada umumnya tidak dapat hidup pada suhu 100oC. Sel khamir vegetatif terbunuh pada suhu 50oC - 58oC dalam waktu 10 – 15 menit. Spora mempunyai sel vegetatif khamir pada suhu terbunuh pada proses pasteurisasi pada suhu 62,8oC dalam waktu 30 menit atau pada suhu 71,7oC dalam waktu 15 detik (Suriawiria, 2005).
-          Jenis-jenis
      Kelompok yeast sejati pada dasarnya termasuk kedalam  kelas Ascomycetes, dengan ciri memiliki spora. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah berbagai spesies Saccharomyces, Schizosaccharomyces,  Zygosaccharomyces, Pichia, Hansenula, Debaryomyces dan Hanseniaspora. Sedangkan  pada kelompok jenis yeast sejati ini spesies yang umum digunakan dalam industri adalah Saccharomyces cerevisiae yaitu untuk  pembuatan  roti, minuman beralkohol, glyserol dan enzim invertase. Kelompok yeast liar tidak mempunyai spora. Yeast liar ini pertumbuhannya terkadang diharapkan ada yang tidak diharapkan dalam suatu fermentasi. Termasukdalam  kelompok yeast ini adalah Candida, Torulopsis, Brettanomyces, Rhodotorula,Trichosporon dan Kloeckera (Ratna, 2000).

 


C.     Alat Dan Bahan
 
ALAT
-          Objek glass
-          Cover glass
-          Jarum oce
-          Mikroskop
-          Pipet tetes
-          Bunsen + spritus
 
BAHAN
-          Gentian violet (Ungu)
-          Metilen blue
-          Sampel jamur air + sayur
-          Sampel jamur sayur 10-2


D.     Prosedur Kerja

 Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah :
1.      Ambil objek glass bersihkan dengan alkohol 70%
2.      Lalu fiksasi diatas Bunsen, jarum oce yang digunakan untuk pengambilan jamur di sterilkan dengan cara flambir atau pemijaran
3.      Ambil sampel jamur sayur + air dengan menggunakan jarum oce diletakan di objek glass
4.      Tetesi sampel dengan menggunakan metilen blue kemudian tutup dengan objek glass
5.      Selanjutnya lakukan hal serupa pada sampel dengan menggunakan pewarna getian violet
6.      Lakukan hal serupa pada sampel sayur 2-10 dengan menggunakan pewarna metilen blue
7.      Selanjutnya sampel sayur -10 pewarnaanya dengan menggunakan getian violet


E.     Hasil Dan Pembahasan

 HASIL

GAMBAR

KETERANGAN

Sampel sayur + air dengan menggunakan pewarna metilen blue

Sampel air + sayur dengan menggunakan pewarna gentian violet

Sampel sayur -10 dengan metilen blue

Sampel sayur -10 dengan menggunakan gentian violet


PEMBAHASAN
     Fungi atau jamur adalah suatu divisi organisme eukariotik yang tumbuh dalam massa
yang tidak beraturan, tanpa akar, batang, atau daun, dan tanpa klorofil atau pigmen lain
yang mampu berfotosintesis. Setiap organisme (talus) bersifat uniseluler hingga
filamentosa, dan memiliki struktur somatik bercabang (hifa) yang berisi oleh dinding sel
yang mengandung selulosa atau sitin atau kelebihan, dan mengandung nuklei asli.
Organisme ini bereproduksi secara seksual atau aseksual (pesanan spora) dan dapat
memperoleh makanan dari organisme hidup lain sebagai parasit atau dari bahan organik
sebagai saprofit (Direkx, 2001).
    Jenis jamur yang digunakan dalam praktikum morfologi jamur ini adalah Aspergillus
niger dan Saccharomycces cerevisiae. Aspergillus niger merupakan salah satu dari tiga
spesies Aspergillus. Menurut Sacher dkk. (2002), jamur jenis Aspergillus mudah tumbuh
pada bakteri dan jamur, membentuk koloni yang dapat dilihat dalam 3 hari inkubasi.
Bagod dan Laila (2006) juga mengatakan, Aspergillus dapat hidup sebagai saprofit dan
parasit pada substrat makanan, pakaian, manusia, dan burung. Aspergillus biasanya
tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian, dan alat-alat rumah tangga. Koloni
Aspergillusbiasanya tampak berwarna abu-abu, hitam, cokelat, dan kehijauan. Jamur ini
dapat tumbuh subur di daerah beriklim dingin maupun tropis. Aspergillus melakukan sesi
seksual dan aseksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan Reservasi kuncup atau
tunas pada jamur uniseluler serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan
Pemesanan spora aseksual (spora vegetatif) pada jamur multiseluler. Reproduksi jamur
secara seksual dilakukan oleh spora seksual.
      Bagian tubuh dari Aspergillus niger yang tampak ketika diamati dengan
menggunakan mikroskop adalah bagian spora, sporangium dan sporangiofor. Rizoid dari
Aspergillus niger tidak tampak disebabkan ketika pengambilan Aspergillus niger dari
medium kurang ke bawah, sehingga yang terambil hanyalah bagian sporangiofor dan
sporangiumnya saja. Spora pada Aspergillus niger berfungsi sebagai saat seksualnya
sedangkan sporangium berfungsi sebagai tempat spora berada. Menurut Miskiyah dkk.
(2006), Aspergillus niger mempunyai hifa bersepta, koloninya berwarna putih pada PDA
25 o C dan berubah menjadi hitam ketika konidia berbentuk. Kepala konidia Dari
Aspergillus niger berwarna hitam bulat, cenderung menjadi bagian-bagian yang lebih
longgar seiring dengan bertambahnya umur. Selain itu, Aspergillus niger memiliki warna
dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal coklat gelap sampai
hitam. Secara terbalik, permukaan terlihat berwarna putih kehitaman, ketika diposisi
terbalik (berlawanan) terlihat berwarna putih kekuningan.
   Aspergillus niger dalam kehidupan memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah
digunakan dalam proses fermentasi. Menurut Miskiyah dkk. (2006), proses pembuatan
ampas menjadi pakan dilakukan secara fermentasi menggunakan spora Aspergillus niger.
Penggunaan cara ini dapat mempengaruhi kandungan nutrisi produk pakan. Kadar lemak
yang masih tinggi dapat dikurangi dengan adanya aktivitas enzim lipase dari Aspergillus
niger selama fermentasi. Selain itu menurut Bagod dan Laila (2006), Aspergillus niger
dapat digunakan untuk menghilangkan oksigen (O 2 ) dara sari buah dan menjernihkan
sari buah. Jamur tersebut dapat menghasilkan enzim glukosa oksidase dan pektinase.
    Saccharomyces merupakan jamur uniseluler. Jamur ini biasa dikenal orang sebagai
ragi, khamir, atau yeast. Ragi dapat bereproduksi secara aseksual dan seksual. Menurut
Bagod dan Laila (2006), percobaan aseksual biasa dilakukan dengan cara membentuk
kuncup kecil (budding) pada sel yang berbentuk oval. Kuncup tersebut membesar dan
terlepas dari sel induknya. Reproduksi seksual terjadi jika suplai makanan terhenti atau
lingkungan tidak mendukung untuk melakukan secara aseksual. Akibatnya, terbentuk
askus dan askospora. Askospora dari dua tipe yang berlainan bertemu dan menyatu
menghasilkan sel diploid. Selanjutnya, terjadi pembelahan secara meiosis sehingga
beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora haploid tersebut berfungsi
secara langsung sebagai sel ragi baru.


F.     Kesimpulan  Dan Saran

 KESIMPULAN
   Berdasarkan dari hasil pengamatan bahwa kebanyakan isolat yang didapatkan yaitu
adalah isolat jamur Rhizopus sp karena jamur tersebut mudah tubuh di medium yang
telah dibuat selain itu berbagai macam jamur hasil pembiakan juga didapatkan dan sesuai
dengan semua isolate acuan beberapa karakter yang telah dimiliki. Struktur kapang dan
khamir setelah diwarnai kebanyakan mampu menyerap zat warna yang telah di berikan
karena zat warna yang telah di berikan mampu menembus dinding sel kapang dan
khamir. Cara pewarnaan kapang dan khamir yaitu dengan cara mencuplik isolat murni
kemudian menaruhnya di atas obyek glass dan ditetesi dengan pewarna.
 
SARAN
    Perlu dilakukan penjelasan mengenai teknik penguraian hifa karena mengacu pada
trouble shooting yang terjadi karena akibat ketidak mampuan mengurai hifa secara benar.



DAFTAR PUSTAKA
 
-  Adam,MR.2001. Microbiology of Fermented Food .Elsivier Applied Science Publisher,Ltd. New York.
-   Buchanan,RE. & Gibbons,NE.2003.  Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. The William & Wilkins Company Baltimore.USA.
- Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B. Saunders Company. Philadelphia.
-    Cappuccino,JG.& Sherman,N. 2000. Microbiology: A Laboratory Manual. The Benjamin/Cummings Publishing Company,Inc. California.
-   Colome,JS. Et al. 2001. Laboratory Exercises in Microbiology. West Publishing  Company.New York.
- Cowan,ST. 2004.  Manual for the Identification of Medical Fungi. Cambridge University Press. London.
-    Fardiaz,Srikandi.2002. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta
-   Lim,D. 2006. Microbiology. McGraw-Hill. New York.
-          Prescott, L.M. 2003. Microbiology. Mc Graw Hill. New York.
-          Ratna, Siri .2000. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur dasar Laboratorium. PT Gramedia,Jakarta.
-          Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

identifikasi gugus fenol pada paracetamol

  “IDENTIFIKASI GUGUS FENOL PADA   PARACETAMOL”                                                                       DISUSUN OLEH...