Selasa, 20 April 2021

“Perhitungan Angka Lempeng Total Bakteri Pada Sampel Makanan ”

 

LAPORAN PRAKTIKUM

“Perhitungan Angka Lempeng Total Bakteri Pada Sampel Makanan ”



DISUSUN OLEH :

 Nama : Dwi Wahyuni

NPM :F0I020072

 Kelas : 1B

                                        Nama Dosen : Suci Rahmawati, S.Farm, Apt., M.Farm

 

 

 

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PRODI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

 

 

  

 

A.     TUJUAN
 
1.     Mampu melakukan penetapan angka lempeng total
2.     Mampu menetapkan cemaran bakteri yang terdapat pada makanan
  

 

B.     LANDASAN TEORI
 
  Beragam produk yang beredar di masyarakat seperti makanan, minuman, kosmetik, dan
obat. Keamanan produk – produk yang beredar harus dijaga karena berhubungan dengan
kesehatan masyarakat.. Sifat kimia, biologis, dan fisik bahan pangan sangat
memungkinkan berbagai macam microorganisme dapat tumbuh dengan baik dan pada
bahan pangan yang biasanya bersifat sangat spesifik dan sangat tergantung jenis bahan
serta kondisi tertentu dari penyimpanannya (Pratiwi dan Anjarsari, 2002) . Untuk
mengetahui apakah produk itu layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat dapat digunakan
banyak uji sebagai indikator. Salah satu uji yang dapat kita lakukan dan yang sedang kita
praktikan adalah uji angka lempeng total. Uji angka lempeng total bertujuan untuk
menunjukkan jumlahmikroorganisme dalam suatu sediaan dengan metode hitungan
cawan. Hal ini dapat menentukan daya tahan suatu produk, uji kualitatif bakteri patogen
untuk menentukan tingkat keamanan, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat
sanitasi produk tersebut. Pada praktikum kali ini, praktikan menggunakan sampel teh poci
yang dijual di sekitar kampus. Dimana seperti yang kita ketahui, teh poci adalah minuman
yang paling sering dikonsumsi oleh mahasiswa di sekitar kampus. Sehingga, untuk
mengetahui apakah teh poci manis tersebut layak dikonsumsi, praktikan melakukan uji
mikrobiologi kuantitatif Angka Lempeng Total (ALT/ plate count) terhadap sampel.
   Pertumbuhan dapat didefinisikan secara umum yaitu sebagai pertambahan secara teratur
semua komponen di dalam sel hidup. Dengan demikian, pertumbuhan ukuran yang
diakibatkan oleh bertambahnya air atau karena penumpukan lemak, bukan merupakan
pertumbuhan. Perbanyakan sel merupakan konsekuensi pertumbuhan. Pada organisme
multiseluler, (banyak sel), yang disebut pertumbuhan adalah peningkatan jumlah sel per
mikroorganisme. Pada organisme multiseluler, (ber sel satu), pertumbuhan adalah
pertambahan jumlah sel, yang juga berarti penambahan jumlah organisme yang
membentuk populasi atau satu biakan. Pada organisme seonostik (aseluler), selama
pertumbuhan ukuran sel menjadi besar, tetapi tidak terjadi pembelahan sel
(Dwidjoseputro,2005). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur atau  
menghitung jumlah jasad renik yaitu:
·         Perhitungan jumlah sel
·         Hitungan mikroskopis
·         Hitungan cawan
·         MPN (most probable number)Perhitungan masa sel secara langsung
·         Cara volumetric
·         Cara gravimetric
·         Turbidimetri (kekeruhan)Perhitungan massa sel secara tidak langsung
·         Analisis komponen sel (protein, ADN, ATP, dan sebagainya)
·         Analisis produk katabolisme (metabolit primer, metabolit sekunder, panas)
·         Analisis konsumsi nutrien (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino, mineral dan sebagainya).
  Pada praktikum kali ini metode yang digunakan adalah metode hitungan cawan (TPC)
atau Angka lempeng total. Angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan jumlah
bakteri mesofil dalam tiap-tiap 1 ml atau 1 gram sampel makanan yang diperiksa.Prinsip
dari metode hitungan cawan adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob
mesofil setelah sampel makanan ditanam pada lempeng media yang sesuai dengan cara
tuang kemudian dieramkan selama 24-48 jam pada suhu 35-37°.Bila sel mikroba yang
masih hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan berkembang biak
dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung, dan kemudian dihitung tanpa
menggunakan mikroskop.Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua teknik,
yaitu teknik cawan tuang (pour plate) dan teknik sebaran ( spread plate). Pada prinsipnya
dilakukan pengenceran terhadap sediaan yang diperiksa kemudian dilakukan penanaman
pada media lempeng agar. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pad alempeng agar
dihitung setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai.Perhitungan dilakukan
terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri antara 30-300.Angka lempeng total
dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan faktor pengenceran.
Metode ini merupakan cara paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik, dengan
alasan:1.  Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung
2. Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus
3. Dapat digunakan untuk isolasi, dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari mikroba yang mempunyai penampang spesifik (Dwidjoseputro, 2005).
Selain keuntungan-keuntungan tersebut diatas, metode hitungan cawan juga mempunyai
kelemahan sebagai berikut: ·Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang
sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk koloni.·Medium
dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan jumlah yang berbeda
pula.·Mukroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan
membentuk koloni yang kompak, jelas dan tidak menyebar.·Memerlukan persiapan dan
waktu inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung
(Dwidjoseputro,2005).
Hal-hal penting yang harus dipikirkan matang sebelum menganalisa sampel untuk
diketahui jumlah mikroorganismenya adalah:
1. Memperkirakan jumlah mikroorganisme yang ada dalam sampel per satuanvolum.
2. Memilih metode yang cocok sehingga dihasilkan data yang akurat.
 3. Mengetahui jenis/golongan mikroorganisme yang akan dihitung, misalnya bermaksud
akan menghitung yeast , bakteri, atau bakteri genus tertentu saja.
4. Menentukan media pertumbuhan yang cocok.
5. Benar-benar mengetahui perbedaan morfologi koloni antara bakteri,yeast dan molds
6. Mencari tahu standar/ batas ambang/ jumlah maksimum aman jika sample yang
dianalisa memerlukan referensi tersebut.


C.     ALAT DAN BAHAN
 
ALAT
-          Beaker glass
-          Bunsen
-          Cawan petri
-          Vortex mixer
-          Pipet tetes
-          Glass ukur
-          Tabung reaksi
-          Rak tabung reaksi
-          Korek api
-         
Timbangan digital
 
BAHAN
-          Nutrient agar (NA)
-          Sampel makanan roti tawar
-          Aquadest
 
 
 
D.     PROSEDUR KERJA
 
1.      Sterilisasi alat-alat yang akan digunakan
2.      Timbang sampel makanan (roti) seberat 1 gram
3.      Sterilisasi meja kerja dengan disemprotkan alkohol dan letakkan alat-alat yang sudah disterilkan tadi di meja steril
4.      Siapkan 3 cawan petri kemudian tuangkan NA ke masing-masing cawan dan ratakan. Kemudian beri label 10, 10 pangkat -1, dan 10 pangkat -2
5.      Ambil aquadest 100ml dengan glass ukur, kemudian masukkan kedalam beaker glass. Hancurkan roti tawar kemudian masukkan kedalam beaker glass aduk dan homogenkan dengan votex mixer
6.      Siapkan 3 tabung reaksi kemudian tandai 10, 10 pangkat-1, 10 pangkat-2. Kemudian masing-masing di isi dengan aquadest sebanyak 9ml
7.      Masukkan sampel roti tawar dari beaker glass sebanyak 1ml, masukkan ke dalam tabung reaksi berlabel 10, lalu homogenkan
8.      Ambil 1ml dari tabung reaksi berlabel 10 kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi berlabel 10 pangkat-1 yang berisi aquadest sebanyak 9ml lalu homogenkan
9.      Ambil 1ml dari tabung reaksi berlabel 10 pangkat-1kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi berlabel 10 pangkat-2 lalu homogenkan
10.  Masukkan sampel dari beaker glass sebanyak 5-6 tetes ke cawan petri 10, dari tabung reaksi 10 pangkat-1 ke cawan petri yang berlabel sama begitupula dengan 10 pangkat-2,lalu tutup dan ratakan
11.  Masukkan kedalam incubator selama 1kali24 jam. Setelah itu dihitung koloni bakterinya
 
 
 
E.     HASIL DAN PEMBAHASAN
 
HASIL

Gambar

Keterangan



 Sampel 10 dengan ALT:22X10

 

 

 

 

 

 Sampel 10^-1 dengan ALT : 33X10^-1

 

 

 

 

 

Sampel 10^-2 dengan ALT : 30X10^-2

 

 

 

 

 

 

PEMBAHASAN
  Uji mikrobiologis suatu sediaan merupakan salah satu uji yang sangat penting untuk mengetahui kualitas suatu sediaan. Makanan, minuman, obat tradisional berasal dari alam yaitu dari hewan, tumbuhan, mineral ataupun sediaan galeniknya. Oleh karena didalam pengadaannya bahan-bahan tersebut mengalami proses pengangkutan dan penyimpanan dalam waktu yang cukup lama. Sehingga dalam proses tersebut dapat terjadi pertumbuhan mikroba didalamnya. Untuk mengetahui bahwa bahan baku, bahan tambahan maupun sediaan jadi tidak mengalami perubahan sifat serta bebas dari kontaminan mikroba, maka diperlukan uji mikrobiologis, meliputi pengujian angka lempeng total (ALT), dan uji cemaran bakteri / kapang. Jika telah dilakukan uji-uji tersebut, dan tidak ditemukan bakteri dan kapang yang sesuai standar SNI, maka produk tersebut layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam percobaan tentang perhitungan jumlah mikroba digunakan metode total plate count (TPC).metode ini merupakan analisis untuk menguji cemaran mikroba dengan menggunakan metode pengenceran dan metode cawan tuang. Metode cawan tuang adalah metode per plate. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolate yang telah diketahui beratnya ke dalam 9 ml larutan garam fisiologis, larutan yang digunakan sekitar 1 ml suspense ke dalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur media untuk makanan mikroba.(dwidjoseputro. 2005)
  Ada beberapa cara perhitungan mikroba secara langsung yaitu menggunakan Colony counter, menggunakan cara pengecatan dan pengamatan dibawah mikroskop, dan cara lainnya dengan menggunakan filter membran. Keuntungan menggunakan metode langsung yaitu pelaksanaannya relative cepat dan tidak membutuhkan banyak peralatan. Sedangkan kerugiannya yaitu sel mikroba yang telah mati tidak dapat dibedakan dengan sel hidup, hal ini dapat menyebabkan sel yang mati dapat terhitung juga. Cara menghitung mikroba secara tidak langsung dipakai untuk menentukan jumlah mikroba secara keseluruhan, baik yang hidup maupun yang mati atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja, tergantung cara yang digunakan. Untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup dapat dilakukan setelah suspensi bahan atau biakan mikroba diencerkan beberapa kali dan ditumbuhkan dalam medium dengan cara tertentu tergantung dari macamnya bahan dan sifat mikroba. Berapa cara menetukan jumlah mikroba secara tidak langsung yaitu menghitung jumlah mikroba menggunakan sentrifuge, berdasarkan kekeruhan, menggunakan perhitungan elektronik (elektronik counter), berdasarkananalisiskimia,bedasarkanberatkering,menggunakancarapengenceran,menggunakan cara Most Probable Number (MPN) dan menggunakan metode hitungan cawan (Indra, 2009). Metode tuang dan sebaran dalam perhitungan angka kuman juga memiliki keuntungan dan kelebihan. Keuntungan nya antara lain hanya sel yang masih hidup yang dihitung, beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus, dan dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk. Sedangkan kelemahannya yaitu kemungkinan terjadinya koloni yang berasal dari satu sel mikroba, seperti pada mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel; kemungkinan ini akan memper kecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya.
  Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama masa inkubasi; Kemungkinan permukaan ada jenis media akan mengakibatkan agar mikroba tertentu sehingga mikroba yang tumbuh menghalangi lain menyebar diseluruh mikroba tersebutlain.tidak Hal ini terhitung; Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikroba nya antara 30-300koloni; bila jumlah populasi kurang dari 30 koloniakan menghasilkan
penghitungan yang kurang teliti secara statistik, namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan hal yang sama karena terjadi penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan persaingan setelah diantara masa inkubasi koloni; yang umumnya membutuhkan waktu 24 jam atau lebih. Standar Plate Count (SPC) merupakan suatu standar yang digunakan untuk melaporkan hasil analisis mikrobiologi. SPC menjelaskan cara menghitung koloniyang tumbuh pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menentukan jumlah koloni.
A.     Metode MPNMetode MPN
  terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan medium selektif diferensial. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran, yang pertama 10-1, 10-2, dan 10-3. Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya pada tabel nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Gobel, 2008). Ada banyak faktor yang berkaitan dengan keamanan pangan. Salah satu faktortersebut adalah tinjauan mutu secara mikrobiologis mengingat pangan merupakan produkyang sangat rentanterhadapkontaminasi bakteri,khamir maupun kapang. Oleh karena itu dikenal suatu mekanisme yang disebut sistem manajemen keamananmikrobiologis pangan. Tujuan dari sistem manajemen keamanan mikrobiologis pangan tidak lain dan tidak bukan adalah untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat kaitannya dengan produk pangan. Selain itu, tujuan yang lain adalah untuk memfasilitasi perdagangan yang adil khususnya dalam menghadapi World Trade Organization terutama dalam perjanjian Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS). Di tingkatan negara, sistem tersebut diwujudkan melalui regulasi pemerintah yang dituangkan dalam undang-undang keamanan pangan maupun melalui standar nasional yang ditetapkan. Sedangkan di tingkat industri pangan sendiri, sistem tersebut diejawantahkan dalam bentuk Good Manufacturing Practises (GMP), sistem sanitasi dan Hazard Analytical Critical Control Point (HACCP). GMP pertama kalidikembangkan oleh Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat. Di Indonesia, sistem tersebut diadopsi menjadi Cara Produksi Makanan yangBaik (CPMB) atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Cara Produksi Pangan yangBaik (CPPB). The International Commision for Microbiological Specification of Foods(ICMSF) pada tahun 2002 mengeluarkan suatu pendekatan baru dalam sistem keamanan pangan yang dikenal sebagai FSO atau Food Safety Objective. Definisi dariFSO adalah frekuensi atau konsentrasi maksimal suatu bahaya mikrobiologi yang bolehada dalam suatu produk pangan pada saat dikonsumsi agar memberikan perlindunganyang tepat (Appropriate Level of Protection/ALOP). Nilai FSO didapatkan dari suatu pengkajian resiko keamanan pangan yang mendalam dan bertahun-tahun dan dihubungkan dengan ALOP.Untuk parameter keamanan sampel terdiri dari jumlah mikroba, jumlah bakteri pathogen, bahan baku yang digunakan, dan pewarna yang digunakan
.B. Metode TPC (Hitungan Cawan)
  Metode hitungan cawan didasrkan pasa anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang biak menjadisatu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan mengandung indeks bagi jumlah mikroorganisme yang dapat terkandung dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dalam metode ini adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah masing-masing cawan diamati. Untuk memenuhi persyaratan statistic, cawan yang dipilih untuk pengitungan koloni adalah yang mengandung antara 30-300 koloni. Karena jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi persyaratan tersebut, harus dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan menggunakn jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan : Faktor pengenceran Jumlah koloni
= Pengenceran x Jumlah yang di tanam = Jumlah yang di tanam x Faktor pengenceran
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KRITERIA MIKROBIOLOGI DALAM PANGAN OLAHAN
 

 
 
 
F.     KESIMPULAN DAN SARAN
 
KESIMPULAN
  Pengujian penentuan hitungan cawan atau Angka Lempeng Total (ALT) dilakukan dengan metode tuang,Pada sampel teh poci kali ini memiliki koloni bakteri yang besar pada pengenceran 10−2 daripada pengenceran 10−1. Pada pengenceran 10−2 dan pengenceran10−3 memiliki jumlah koloni diatas rentang 30-300 koloni.
 
SARAN
  Diharapkan untuk sebaiknya, percobaan ini dipraktekkan agar dapat mengetahui teknik
Perhitungan Angka Lempeng Total Bakteri Pada Sampel Makanan “yang baik dan benar.
 
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
 
-          Brotowidjoyo, M.D., 1987. Mikroorganime Penyebab Penyakit . Jakarta : Media SaranaPress, Dwijoseputro, d. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. .Jakarta:
-          Djambatan. Pelczar,M.J.2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.
-          Pratiwi, Sylvia T. 2007. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga Pratiwi, Rika danAnjarsari.2002.Deteksi Ergosterol sebagai Indikator Kontaminasi Cendawan pada Tepung Terigu.Jurnal, Teknol, dan Industri Pangan. 13 (3), 254.
-          Volk & Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar .Jakarta : Erlangga PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KRITERIA MIKROBIOLOGI DALAM PANGAN OLAHAN Volk, W. A. dan Margareth F. W., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.
-          W.Lay.Bibiana.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : PT.Raja Grafindo Hadioetomo,R.S.1993.Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
-          Gobel, Risco, B., dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Prakte. Universitas Hasanuddin: Makassar
 
 



Selasa, 13 April 2021

Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme

 

LAPORAN PRAKTIKUM

“Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pengaruh

 Bahan Kimia Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme”



DISUSUN OLEH :

          Nama : Dwi WahyunI

     NPM :F0I020072

  Kelas : 1B

                                        Nama Dosen : Suci Rahmawati, S.Farm, Apt., M.Farm

 

 

 

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PRODI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


A. TUJUAN 
 
a.       Praktikan mampu mengetahui pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri
b.      Praktikan mampu mengetahui jenis-jenis bakteri dan mampu mengklasifikasikan jenis bakteri sesuai dengan karakteristik suhu lingkungannya
c.       Praktikan mampu memahami prinsip identifikasi bakteri pada praktikum ini
 

 

B.     LANDASAN TEORI

   Pertumbuhan mikroba pada pada umumnya sangat tergantung dan konstruktif oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini karena, mikroba selainmenyediakan gizi yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktorlingkungan yang memungkinkan pertumbuhan mikroba secara optimal. Mikrobatidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukkan respon yangmenunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipemikroba diperlukan suatu kombinasi gizi serta faktor lingkungan yang sesuai(Pelczar & Chan, 1986).Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan halyang penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentangfaktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untukmengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia. Beberapafaktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme termasuk suplai zatgizi, waktu, suhu, udara, pH dan tersedianya oksigen (Gesper, 1985).Kehidupan bakteri tidak hanya konstruktif oleh faktor-faktor lingkungan,akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pHdari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapunfaktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktorabiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitumencakup adanya Asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapatdalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiotik dan sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekananosmotik, rekomendasi, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia (misal:adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya (Hadioetomo, 1993).
     Pertumbuhan mikroba pada umumnya sanga tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologidan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untukkultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan mikrobasecara optimum. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapimenunjukkan respon yang menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnyakultivasi berbagai tipe mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkunganyang sesuai.Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal yang pentingdalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang faktor-faktor yangmempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk mengendalikan hubungan antaramikroorganisme, makanan, dan manusia. Beberapa faktor utama yang mempengaruhipertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai zat gizi, waktu, suhu, air, pH dan  tersedianya oksigen. 
   Karena semua proses pertumbuhan harga pada reaksi kimiawi dan karena lajureaksi-reaksi ini konstruktif oleh temperatur, maka pola pertumbuhan bakteri dapatsangat konstruktif oleh temperatur. Temperatur juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan JUMLAH total pertumbuhan organisme. Keragaman temperatur dapat juga mengubah proses-proses metabolik tertentu serta morfologi sel (Pelczar &Chan, 1986).Medium harus mempunyai pH yang tepat, yaitu tidak terlalu asam atau basa.Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa, dengan angka kemangi kolera (Vibrio kolera). PADA berhasil tak satupun yang dapat tumbuh baik pada pH lebih dari 8. Kebanyakan patogen, tumbuh pagar baik pada pH netral (pH7)atau pH yang sedikit basa (pH 7,4). Beberapa bakteri tumbuh pada pH 6; tidak jarangdijumpai organisme yang tumbuh baik pada pH 4 atau 5. Sangat jarang suatuorganisme dapat bertahan dengan baik pada pH 4; bakteri autotrof tertentumerupakan angka. Karena banyak bakteri menghasilkan produk Metabolismeyang bersifat asam atau basa (Volk & Wheeler, 1993).Di dalam alam yang sewajarnya, bakteri jarang menemui zat-zat kimia yang menyebabkan ia dan tipe mikroorganisme yang ada, dan keadaan bahan yang didesinfeksi. Jadi terlihat sejumlah faktor harus perhatikan untukmelaksanakan tugas sebaik mungkin dalam perangkat suasana yang ada. Desinfeksiadalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena nomor adalah perusakan agen- agen patogen. Berbagai istilah digunakan dengan dengan agen- agen kimia sesuai dengan bekerja atau organisme khas yang terkena. Mekanismekerja desinfektan.dll mungkin beraneka dari satu desinfektan. dll mungkin beraneka dari satu desinfektan. dll ke yang lain. Akibatnya mungkin disebabkan oleh kerusakan pada membrane sel atau oleh tindakan pada protein sel atau pada gen yang menjadi akibat kematian atau mutasi (V           olk dan Wheeler, 1993).
    Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dapat memberikan manfaat maupun sumber penyakit dibidang pangan.Banyak klasifikasi dari bakteri, salah satunya adalah bakteri enterik patogen yang banyak menyebabkan penyakit saluran cerna pada manusia. Lebih dari 80% bakteri perusak padamakanan disebabkan oleh bakteri enterik patogen (Madigan, 2009).Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak memiliki selubung inti).Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik berupa DNA, tapi tidakterlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus) dan tidak ada membran inti. Bentuk DNA bakteriadalah sirkuler, panjang dan biasa disebut nukleoi. Pada DNA bakteri tidak mempunyaiintron dan hanya tersusun atas akson saja. Bakteri juga memiliki DNA ekstrakromosomalyang tergabung menjadi plasmid yang berbentuk kecil dan sirkuler (Baiq, 2016)
     Pertumbuhan pada bakteri didefinisikan sebagai pertumbuhan berat sel. Mempelajari pertumbuhan bakteri merupakan faktor terpenting dalam mengetahui beberapa aspek fisiologi suatu bakteri. Pertumbuhan adalah merupakan pertambahan secara teratur semua komponen sel suatu organisme. Pembelahan sel adalah hasil dari pembelahan sel. Padajasad bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau perbanyakan sel merupaka npertambahan jumlah individu.

 

  

C.     ALAT DAN BAHAN

ALAT
-          Bunsen
-          Disinfektan (Handsanitizer)
-          Pinset
-          Cawan Petri
-          Kain Kasa Steril
-          Tabung Reaksi
-          Label
 
BAHAN
-          Nutrient Board
-          Nutrient Agar 

  

D.     PROSEDUR KERJA 

-          Tuangkan NA kedalam 5 cawan petri, tunggu sampai membeku
-          Panaskan pinset dengan Bunsen, Lalu ambil logam dan bakar diatas Bunsen, kemudian oleskan logam di atas NA yang dicawan petri (sampel logam dibakar)
-          Ambil logam dengan pinset, oleskan logam diatas NA yang ada dicawan petri (sampel logam tidak dibakar)
-          Ambil kasa steril dengan pinset celupkan Board lalu usap ketangan yang tidak dicuci, kemudian oleskan diatas NA yang dicawan petri (sampel tangan tidak dicuci)
-          Selanjutnya cuci tangan dengan sabun
-          Ambil kasa steril dengan pinset celupkan kedalam Nutrient Board lalu usap ketangan yang dicuci dengan sabun, kemudian oleskan diatas NA yang dicawan petri (sampel tangan dicuci sabun)
-          Semprot tangan dengan disenfektan (handsanitizer)
-          Ambil kasa steril dengan pinset celipkan kedalam Nutrient Board lalu usap ketangan yang disemprot disenfektan, kemudian oleskan diatas NA yang dicawan petri (sampel tanagn disemprot disenfektan)
-          Masukan semua sampel kedalam incubator dengan posisi terbalik (agar tidak terkontaminasi) dalam suhu 36 derajat celcius sampai 37 derajat celcius
Inkubasi didalam incubator selama 1x24 jam             


E.     HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL


GAMBAR

KETERANGAN

Logam di bakar

Logam tidak dibakar

Tangan cuci dengan sabun

Tangan tidak dicuci



Tangan dicuci disinfektan

 

PEMBAHASAN
     Pertumbuhan Mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhioleh faktor lingkungan. Perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahansifat morfologi dan fisiologi. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhanmikroorganisme yaitu faktor abiotik, meliputi pengaruh suhu, pH dan pengaruh dayadesinfektan. Selain itu juga pengaruh biotik yaitu antibiose. temperatur jugamempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan mikroorganisme.Pengaruh temperatur pada petumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan atastiga golongan yaitu: Mikroorganisme Psikofilik, adalah bakteri yang dapat bertahanhidup antara temperatur 0°C sampai 30°C. Sedangkan temperatur optimumnya antara10°C sampai 20°C. Mikroorganisme mesofilik adalah bakteri yang dapat bertahanhidup antara temperatur 5°C sampai 60°C. Sedangkan temperatur optimumnya antara25°C sampai 40°C. Mikroorganisme Termofilik adalah bakteri yang dapat bertahanhidup antara temperatur 55°C sampai 65°C, meskipun bakteri ini juga dapat berkembang biak pada temperatur yang lebih rendah ataupun lebih tinggi dengan batas optimumnya antara 40°C sampai 80°C.Pengamatan pertumbuhan bakteri dan yeast dilakukan dalam suhu yang berbeda-beda yaitu pada suhu 5°C, 20°C, 30°C dan suhu lebih dari 50°C. Pengamatanini dilakukan untuk mengetahui pada suhu berapakah bakteri dan yeast dapat tumbuhmaksimal. Pada kelompok 2 pengamatan dilakukan pada suhu 20°C, pada suhutersebut bakteri tidak tumbuh secara maksimal mungkin disebabkan karena media pertumbuhan bakteri terkontaminasi suatu zat yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bakteri.
Dalam praktikum ini yang hanya dilakukan adalah faktor atau pengaruh suhu, cahaya, zat kimia dan pH.
1.       Faktor suhu
  Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada suhu 100C tidak memperlihatkan adanya kehidupan bakteri, hal ini disebabkan karena bakteri ditempatkan pada suhu rendah, yaitu 100C. temperature rendah dapat mengakibatkan gangguan pada metabolisme. Pada suhu 250C yaitu pada suhu kamar memperlihatkan kekeruhan yang agak  banyak, berarti ada sejumlah bakteri yang tumbuh, ini menandakan bahwa pada percobaan ini suhu tersebut merupakan suhu minimum pertumbuhan bakteri. Pada suhu 370C yaitu pada suhu inkubator, memperlihatkan banyaknya kekeruhan berarti banyak bateri yang tumbuh, ini menandakan bahwa suhu optimum bakteri tersebut tumbuh yaitu pada suhu 370C.
   Dari percobaan ini, bila dilihat dari hasilnya maka berdasarkan literatur yang ada, bakteri Escherichia coli dapat digolongkan menjadi bakteri mesophil (mesotermik) karena dapat hidup pada suhu 25 – 370C. dan sangat sedikit sekali koloni yang berada pada suhu lebih dari 370C. Adapaun hasil negativ pada percobaan kami, kami tidak mendapatkan hasil yang sesuai karena adanya kesalahan dari oven dan pada saat menginkubasi bakteri dan percobaan ini gagal.
2.       Faktor cahaya
   Dalam percobaan ini dilakukan 3 perlakuan : perlakuan pertama disinari oleh matahari kemudian dibungkus dengan kertas karbon. Perlakuan II, disinari matahari, tidak ditutup kertas karbon, dan perlakuan III tidak disinari matahari dan dibungkus dengan kertas karbon. Perlakuan I dan II dipaparkan matahari dengan maksud untuk memperoleh sinar matahari secukupnya yang dapat digunakan untuk berbagai proses dalam tubuhnya, apakah itu proses fotosintesis untuk menghasilkan energy ataukah untuk proses metabolism lain.
3.       Faktor bahan kimia
   Pembentukan zona hambat yaitu dengan cara paper disk yang mengandung sample bahan kimia , disimpan dalam capet yang mengandung medium NA dan biakan Staphylococcus aureus, maka bahan-bahan kimia menghambat pertumbuhan biakan Staphylococcus areus penghambatan terlihat sebagai wilayah jernih di sekitar pertumbuhan mikroorganisme. Zona hambat terbesar dihasilkan oleh detol dengan besarnya diameter 24,33 alkohol 23,10 wipol, 20,03 asepso 8,2.
   Jadi, dari bahan-bahan kimia ini yang lebih efektif menghambat pertumbuhan mikroba adalah detol karena memiliki zona hambat yang besar disusul oleh alkohol dan lain-lain. Dikatakan demikian karena bahan ini yang pada pengamatan memiliki zona hambat terhadap mikroba yang besar. Jadi dapat dikatakan bahwa bahan kimia ini mampu menghambat mikroba dengan baik.
4.       faktor pH
   Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa kekeruhan tidak banyak seperti pada pH 8 berarti, menandakan bahwa sedikitnya pertumbuhan bakteri pada pH tersebut, pada pH 7 hanya ada sedikit kekeruhan yang terlihat berarti tidak begitu banyak pertumbuhan bakteri pada pH tersebut yang sama halnya dengan pH 4. Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum yaitu pH dimana pertumbuhan maksimalnya sekitar pH 6,5-7,5 pada pH di alam bawah 5,0 dan di atas 8,5 bakteri tidak tumbuh atau  dapat tumbuh dengan jumlah yang sedikit.
 
F.     KESIMPULAN DAN SARAN 

KESIMPULAN 
Bakteri tumbuh secara maksimal pada suhu 20 derajat celcius hal ini disebabkan karena bakteri berkembangbiak di dalam media dan suhu yang stabil.

SARAN 
Untuk praktikum selanjutnya dalam pengerjaannya dilakukan oleh semua kelompok
agar para praktikan lebih memahami. 




Daftar Pusaka
 
Brooks, dkk., 1994, Mikrobiologi Kedokteran Edisi 2, Penerbit buku KedokteranEGC, Jakarta.2.
 
Dwidjoseputro, 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambaran, Jakarta.3.
 
Fardiaz, S., 1992, Analisa mikrobiologi Pancigan, Gramedia, Jakarta.4.
 
Hadioetomo, RS, 1993, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi,Gramedia, Jakarta.5.
 
Pelczar, MJ dan Chan, ECS 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-Press,Jakarta.6.
 
Volk & Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid 1. Erlangga. Jakarta.

identifikasi gugus fenol pada paracetamol

  “IDENTIFIKASI GUGUS FENOL PADA   PARACETAMOL”                                                                       DISUSUN OLEH...