Senin, 22 Maret 2021

laporan praktikum pewarnaan bakteri

LAPORAN PEMBUATAN MEDIA PERWARNAAN BAKTERI

MIKROBIOLOGI

DISUSUN OLEH :

                                                        Nama            : Dwi Wahyuni

                                                        NPM              : F0I020072

                                                        Kelas              : 1B

                                                        Nama Dosen : Suci Rahmawati, S.Farm, Apt., M.Farm

 

 

 

 

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PRODI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


A.    TUJUAN

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
     1.      Mempelajari cara membuat olesan bakteri yang dibutuhkan dalam pewarnaan bakteri.
     2.      Mempelajari prosedur pewarnaan sederhana dan gram (differensial) serta mengetahui reaksi kimia yang terjadi dalam proses pewarnaan bakteri

B.    LANDASAN TEORI 

   Media  adalah  suatu  bahan  yang  terdiri  dari  campuran  zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan  bermacam-macam  media  dapat  dilakukan  isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan juimlah mikroba.
Media biakan adalah media steril  yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme. Media  biakan  terdiri  dari  garam  organik,  sumber  energi (karbon), vitamin  dan  zat  pengatur tumbuh  (ZPT). Selain  itu  dapat  pula ditambahkan  komponen lain  seperti  senyawa  organik  dan  senyawa kompleks lainnya. Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembangbiak pada media tersebut. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi pada media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel-nya. Dengan media pertumbuhan juga bisa digunakan untuk mengisolasi mikroorganisme, identifikasi dan membuat kultur murni. Komposisi media pertumbuhan dapat dimanipulasi untuk tujuan isolasi dan identifikasi mikroorganisme tertentu sesuai dengan tujuan masing-masing pembuatan suatu media. Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan mempergunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba .
   Sebelum membuat media bakteri, pastikan semua peralatan sudah steril dan dikerjakan secara aseptik. Aseptik adalah dimana keadaan bebas dari jasad renik yang bersifat phatogen, keadaaan ini dicapai dengan menggunakan cara-cara tertentu; alat-alat yang disterilisasikan melalui proses pemanasan. Phatogen adalah parasit yang mampu menimbulkan penyakit pada. Bakteri dalam medium juga memerlukan makanan untuk pertumbuhannya. Bakteri yang tidak punya akar harus berada pada permukaan larutan makanan yang cair. Pertumbuhan bakteri berarti meningkatnya jumlah sel yang konstituen (yang menyusun). Apabila disusun 10 bakteri dalam 1 ml medium yang cocok dan 24 jam kemudian ditemukan 10 juta bakteri tiap milimeternya, maka terjadilah pertumbuhan bakteri. Meningkatnya jumlah bakteri terjadi dengan proses yang disebut dengan pembelahan biner, dimana setiap bakteri membentuk dinding sel baru. Pertumbuhan bakteri selain memerlukan nutrisi, juga memerlukan pH yang tepat. Kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada kondisi yang terlalu basa, kecuali Vibrio cholerae yang dapat hidup pada pH lebih dari 8. Suhu juga merupakan variabel yang perlu dikendalikan. Kelompok terbesar yaitu mesofil, suhu optimum untuk pertumbuhannya 20-40oC. PH merupakan faktor yang sangat mempengaruhi suatu keberhasilan dalam pembuatan medium sehingga kondisi pH yang terlalu basa atau terlalu asam tidak cocok untuk dijadikan medium mikroba karena mikroba tidak dapat hidup pada kondisi tersebut. Medium didiamkan atau disimpan selama 2 x 24 jam untuk menyakinkan bahwa medium masih steril, karena selain pH sebagai penentu tumbuhnya mikroba, alat dan medium yang steril juga menentukan.
    Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satumacam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi dan susunan selnya . pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa pasda umumnya antara lain kristal violet , metylen blue, karbol, fuchsin, dan safranin. Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya). Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Tujuan pengecatan sederhana ini adalah untuk melihat bentuk sel.
    Tujuan pewarnaan negatif adalah untuk mempelajari penggunaan prosedur pewarnaan negatif untuk mengamati morfologi organisme yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana. Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar belakang. Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai, seperti spirochaeta. Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina. Pewarnaan negatif memerlukan pewarna asam seperti eosin atau negrosin.pewarna asam memiliki negatif charge kromogen,tidak akan menembus atau berpenetrasi ke dalam sel karena negative charge pada permukaan bakteri. oleh karena itu, sel tidak berwarna mudah dilihat dengan latar belakang berwarna.
Pewarnaan gram ini bertujuan untuk mlihat bakteri bersifat gram positif atau negatif dan bentuknya. Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan strukturdindingselmereka.Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu:
v Zat warna utama (violetkristal)
v Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama.
v Pencuci/peluntur zat warna (alcohol/aseton) yaitu sol venorganic yang  digunakan untuk melunturkan zat warna utama.
v Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan catutama setelah perlakuan dengan lcohol.
a. Bakteri Gram Negatif Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative tidak. Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:
 1.Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10–15mm, berlapis tiga atau multilayer.
2.Dindingselnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapat didalam
3. lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat kering, tidak mengandung asam tekoat.
 4.Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
5.Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warnadasar misalnya kristal violet.
6.Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
 7.Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
8.Resistensi terhadap alkali (1%KOH) lebih pekat
9.Peka terhadap streptomisin
10.Toksin yang dibentuk Endotoksin
 b. Bakteri Gram Positif Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010) Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:
1.Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80nm, berlapis tunggal atau monolayer.
2. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
3.Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
4.Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
5.Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
 6.Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
7.Resistensi terhadap alkali (1%KOH) larut
8.Tidak peka terhadap streptomisin
9.Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Fitria,2009).Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek (Fitria, 2009).


Al C. ALAT DAN  BAHAN
 
Ø  Alat
·         jarum ose,
·         bunsen,
·         botol semprot,
·         tisu,
·         kaca preparat,
·         cover glass,
·         dan mikroskop majemuk.
 
Ø  bahan 
·         biakan bakteri,
·         larutan krista violet,
·         larutan safranin,
·         alkohol 95º
·         dan aquades.
     

      D. PROSEDUR KERJA
     Adapun cara kerja dari praktikum iniadalah :
1.    Pewarnaan Sederhana
       pembiakan bakteri yang akan diamati disiapkan Biakan bakteri diambil menggunakan jarum ose, kemudian disebarkan di atas kaca preparat yang telah diberi satu tetes air. Bakteri disebarratakan lalu dikering anginkan. Bakteri difiksasi dengan cara, kaca preparat dilewatkan beberapa kali di atas bunsen Krista violet diteteskan di atas olesan bakteri dan didiamkan selama 1 menit. Krista violet dibilas dengan menggunakan aquades, kemudian dikeringkan dengan cara diusap menggunakan tisu secara perlahan. Kaca preparat ditutup menggunakan coverglass. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
         Pewarnaan Gram
          Biakan bakteri yang akan diamati disiapkan Biakan bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose, dan disebarratakan di atas kaca preparat yang telah ditetesi air. Bakteri difiksasi dengan cara, kaca preparat dilewatkan beberapa kali di atas bunsen Kristal violet (pewarna primer) diteteskan di atas olesan bakteri dan didiamkan selama satu menit. Kristal violet dibilas dengan menggunakan aquades Diteteskan iodine, kemudian didiamkan selama 1-2 menit lalu kembali dibilas dengan aquades. Alkohol 95% diteteskan kemudian didiamkan selama 30 detik lalu dibilas dengan aquades Diteteskan safranin (pewarna tandingan), didiamkan selama 1 menit lalu dibilas dengan aquades, lalu dikeringkan dengan diusap perlahan menggunakan tisu. Kaca preparat ditutup menggunakan coverglass. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
         
        E.    HASIL DAN PEMBAHASAN
     
       HASIL

GAMBAR

KETERANGAN

 










 

Bakteri staphyllpcocus aureus dengan pewarnaan sederhana 








Bakteri tanah dengan pewarnaan sederhana









Bakteri staphyllococus dengan pewarnaan garam 








Bakteri tanah dengan pewarnaan sederhana 



PEMBAHASAN 
   Bakteri
Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium; jamak: bacteria adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik). Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 (setelah ditemukannya mikroskop), ilmu tentang mikroorganisme terutama bakteri (bakteriologi) mulai berkembang.
Berdasarkan cara memperoleh makanannya, bakteri dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu bakteri heterotrof dan bakteri autotrof.
1. Bakteri Heterotrof 
Bakteri ini hidup dengan memperoleh makanan berupa zat organik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa-sisa organisme lain. Bakteri yang mendapatkan zat organik dari sampah, kotoran, bangkai dan juga sisa makanan, kita sebut sebagai bakteri saprofit. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energi dan mineral.
2. Bakteri Autotrof 
Bakteri Autotrof adalah bakteri yang dapat menyusun zat makanan sendiri dari zat anorganik yang ada. Dari sumber energi yang digunakannya, bakteri autotrof (auto = sendiri, trophein = makanan) dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
a). Bakteri fotoautrotof
Bakteri fotoautrotof yaitu bakteri yang memanfaatkan cahaya sebagai energi untuk mengubah zat anorganik menjadi zat organik melalui proses fotosintesis. Contoh bakteri ini adalah: bakteri hijau, bakteri ungu.
b). Bakteri kemoautrotof
Bakteri kemoautrotof adalah bakteri yang menggunakan energi kimia yang diperolehnya pada saat terjadi perombakan zat kimia dari molekul yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan melepaskan hidrogen. Contoh bakteri ini adalah: Nitrosomonas. Nitrosomonas dapat memecah NH3 menjadi NH2, air dan energi (Sulaiman, 2014).
Di samping terdapat bakteri yang dikelompokkan berdasarkan cara mendapatkan makanan, ada juga penggolongan bakteri berdasarkan sumber oksigen yang diperlukan dalam proses respirasi. Bakteri itu dikelompokan sebagai berikut:
1. Bakteri aerob
yaitu bakteri yang menggunakan oksigen bebas dalam proses respirasinya. Misal: Nitrosococcus, Nitrosomonas dan Nitrobacter.
2. Bakteri anaerob
yaitu bakteri yang tidak menggunakan oksigen bebas dalam proses respirasinya. Misal: Streptococcus lactis.
1. Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
- Diplococcus, jka berganda dua-dua
- Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
- Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
- Staphylococcus, jika bergerombol
- Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
2. Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:
- Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
3. Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
- Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
- Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel (Sulaiman, 2014).
Pada umumnya bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar (berdasarkan bentuknya) yaitu:
- Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
- Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
- Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung. Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Dwidjoseputro.1998).
          Pewarnaan sederhana
Tujuan dari pewarnaan sederhana adalah mengidentifikasi morfologi sel bakteri dengan menggunakan zat warna tunggal. Prinsipnya yaitu  pewarnaan ini hanya menggunakan satu macam zat warna saja. Sebelum zat warna difiksasi terlebih dahulu pewarnaan ini dipakai untuk melihat bentuk-bentuk bakteri. Zat warna yang di gunakan adalah Methylen blue, Crystal violet, basic fuchin atau safranin. Fungsi zat warna: Crystal violet merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna mikrioorganisme target. Crystal violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam (Sutedjo, 1991).
         Pewarnaan Negatif
Tujuan dari pewarnaan negatif adalah untuk mengetahui bentuk mikroba dengan pewarnaan-pewarnaan tidak langsung. Prinsip pewarnaan negatif adalah cara pengamatan mikrobiologi yang dapat di lakukan untuk membedakan spesies kecil dan cairan optiknya. Pewarnaan ini merupakan pewarnaan yang di gunakan untuk melihat secara tidak langsung, karena yang diwarnai adalah latar belakangnya, sedangkan bakterinya sendiri tidak mengalami pewarnaan. Pada pewarnaan ini tidak di lakukan fiksasi karena itu dapat digunakan untuk melihat bentuk-bentuk sel yang sesungguhnya dan untuk menentukan ukuran bakteri, karena bakteri praktis tidak mengalami perubahan. Berbeda dengan pewarnaan lain, pewarnaan negatif memungkinkan bakteri terlihat transparan dan tampak jelasFungsi zat warna: Safranin merupakan pewarnaan tandingan atau pewarna skunder, zat ini berfungsi untuk mewarnai sel-sel yang telah kehilangan warna utama dengan kata lain memberikan warna pada bakteri non target (Pelczar, 2007).
     Pewarnaan Gram
Tujuan dari pewarnaan gram adalah untuk melakukan pengamatan morfologi bakteri dengan pewarnaan diferensial. Prinsip pewarnaan gram termasuk pewarnaan diferensial (untuk membedakan) karna dapat membedakan bakteri-bakteri yang bersifat gram negatif dan positif. Pewarnaan ini ditemukan pertama kali pada tahun 1884 oleh Criestian Gram. Bakteri garam positif  ialah bakteri yang mengikat warna utama (crystal violet) dengan kuat sehingga tidak dapat di lunturkan oleh peluntur dan tidak diwarnai lagi oleh zat warna lawan (safranin) pada mikroskop sel-sel bakteri tampak berwarna ungu. Bakteri gram negatif  ialah bakteri yang mempuyai daya mengikat zat warna utama tidak kuat sehingga dapat dilunturkan oleh  peluntur dan dapat diwarnai oleh zat warna lawan (safranin) pada pengamatan mikroskop sel-sel bakteri tampak berwarna merah. Fungsi zat warna:
Crystal violet yang berfungsi membentuk ikatan mg-Ribonucleid acid pada membran/dinding sel bakteri sehingga membentuk kompleks mg-Ribonucleid acid- crystal violet. Kompleks ini merupakan senyawa yang tidak luntur dengan alkohol.
Lugol’s ladin yang berfungsi sebagai penguat ikatan pada kompleks mg-Ribonuclead acid. Alkohol 95% berfungsi mencuci lemak pada dinding sel bakteri.
Safranin berfungsi sebagai zar warna tandingan (lawan) luruh nya kompleks mg-Ribonucleid acid- crystal violet dari dinding sel bakteri gram negatif (Pelczar, 2007).
      Minyak Imersi
Imersi minyak merupakan teknik yang digunakan pada saat kita akan mengamati preparat mikroskopik dengan perbesaran yang besar (10x100 misalnya). Bahan yang digunakan saat melakukan teknik tersebut adalah minyak imersi. Teknik tersebut dilakukan dengan cara mengoleskan minyak di lensa objektif dan preparat yang akan kita amati. Minyak imersi memiliki indeks refraksi yang tinggi dibandingkan dengan air atau udara sehingga objek yang kita amati dapat terlihat lebih jelas dibandingkan dengan tanpa minyak imersi (Alata, 2012).
          Hasil Pengamatan
Pada percobaan kali ini terdapat dua jenis pewarnaan, yaitu : pewarnaan gram dan pewarnaan sederhana. Pada percobaan sederhana Biakan bakteri yang akan diamati disiapkan kemudian biakan bakteri diambil menggunakan jarum ose, dan disebarkan di atas kaca preparat yang telah diberi satu tetes air.kemudian, bakteri disebarratakan lalu dikering anginkan.Bakteri difiksasi dengan cara, kaca preparat dilewatkan beberapa kali di atas bunsen Krista violet diteteskan di atas olesan bakteri dan didiamkan selama 1 menit. Krista violet dibilas dengan menggunakan aquades, kemudian dikeringkan dengan cara diusap menggunakan tisu secara perlahan. Kaca preparat ditutup menggunakan coverglass. Kemudian Preparat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x dengan minyak imersi. Pada pewarnaan sederhana ini ditemukan bakteri dengan bentuk bulat dan berwarna ungu.
Sedangkan pada pewarnaan gram dilakukan dengan cara : Biakan bakteri yang akan diamati disiapkan, diambil dengan menggunakan jarum ose, dan disebarratakan di atas kaca preparat yang telah ditetesi air. Bakteri difiksasi dengan cara, kaca preparat dilewatkan beberapa kali di atas bunsen lalu
Kristal violet (pewarna primer) diteteskan di atas olesan bakteri dan didiamkan selama satu menit. Kemudian kristal violet dibilas dengan menggunakan aquades. Diteteskan iodine, kemudian didiamkan selama 1-2 menit lalu kembali dibilas dengan aquades. Alkohol 93% diteteskan kemudian didiamkan selama 30 detik lalu dibilas dengan aquades. Diteteskan safranin (pewarna tandingan), didiamkan selama 1 menit lalu dibilas dengan aquades, lalu dikeringkan dengan diusap perlahan menggunakan tisu. Kaca preparat ditutup menggunakan coverglass. kemudian preparat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.


F. KESIMPULAN DAN SARAN 

KESIMPULAN 

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :

  1. Pewarnaan sederhana hanya dapat digunakan dalam mengamati morfologi bakteri.
  2. Bakteri dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan gram. teknik pewarnaantersebut dapat menghasilkan warna merah dan ungu.
  3. Bakteri gram negatif ditandai dengan pewarnaan merah, sedangkan yang positif berwarna ungu 
  4.  Bakteri yang ditemukan pada pewarnaan sederhana berbentuk bulat.
  5.    Minyak imersi dapat membantu dalam pengamatan dengan perbesaran 100x.
      SARAN
     Untuk melakukan praktikum ini kami sarankan kepada praktikan untuk lebih menjaga kebesihan dilaboratorium saat akan melaksanakan praktikum

      
      DAFTAR PUSTAKA
      Adisoermarto, Soenartono, dkk. 1990. Kamus Biologi. Depdikbud. Jakarta.
Dwidjoseputro, D, 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Hadioetomo, R. , 1993, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi, Gramedia: Jakarta.
Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor.
 Rina Lestari, 2013. MAKALAH PEWARNAAN SEDERHANA, NEGATIF, KAPSUL dan GRAM. STIKY : Yogyakarta

Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.

Pelczar, M.J.2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press

 Sulaiman.2014. Materi Lengkap Tentang Bakteri.

      

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

identifikasi gugus fenol pada paracetamol

  “IDENTIFIKASI GUGUS FENOL PADA   PARACETAMOL”                                                                       DISUSUN OLEH...