LAPORAN PRAKTIKUM
“ISOLASI BAKTERI DARI SAMPEL AIR DAN SAYUR”
DISUSUN OLEH :
Nama : Dwi Wahyuni
NPM : F0I020072
Kelas : 1B
Nama Dosen : Suci Rahmawati, S.Farm, Apt., M.Farm
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI
PRODI D3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
A. TUJUAN
Adapun tujuan dalam praktikum
kali ini yaitu :
1.
Memahami
cara sterilisasi alat yang akan digunakan
2.
Memahami
isolasi bakteri dari simple air dan sayur sawi
B. LANDASA TEORI
Isolasi bakteri
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, di mana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media (Volk,1993). Medium nutrient agar berfungsi untuk membiakan berbagai macam mikroorganismeserta kultur bakteri. Menurut Wati (2013) mikroba yang hidup di alam terdapatsebagai populasi campuran dari bebagai jenis mikrobia yang berbeda prinsip dari isolasimikrobia dalam memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya dari lingkungannya di alam dan ditumbuhkan dalam medium buatan. Pertumbuhan mikroba dapat dilakukan dalam medium padat, karena dalam mediumpadat sel-sel mikroba akan terbentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Kontaminasi mikroorganisme berasal dari air, tanah, udara, serta penggunaan pupuk kandang. Jenis mikroba yang berasal dari sumber alami ini adalah kapang, khamir, bakteri asam laktat dan bakteri genus Pseudemona Alcaligenes, Micrococcus, Erwinia,Bacillus, Clostridium, dan Enterobacter. Jumlah bakteri terbanyak pada percobaan praktikum kali ini pada sayuran kemangi, Menurut Budiman “sayur sawi memilik izat antibakteri. Aktivitas antibakteri ini dikarenakan zat aktif yang terkandung di dalam sayur sawi antara lain eugenol, linolool, flavonoid, saponin dan tanin. eugenol yang dapat menyebabkan kerusakan membran sel bakteri dan dapat menstimulasi kebocoran ion kalium sehinga terjadi kematian sel bakteri .Eugenol juga dapat menghambat aktivitas enzim ATPase sehingga energi yang dibutuhkan untuk perbaikan sel bakteri tidak terbentuk “ tetapi pada percobaan ini bakteri yang dihasilkan TBUD. Ada beberapa fakor yang menyebabkan tidak validnya data perhitungan bakteri ini seperti kurang sterilnya alat dan bahan yang digunnakan dan terjadi Human Error atau dikarenakan sayur sawi yang sudah mulai layu dan banyak ternyemarnya banyaknya bakteri di tempat tempat ketika pasca panen. Produk segar pascapanen dilabuhi oleh berbagai jenis mikroorganisme yang dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu mikroorganisme penyebab penyakit pada jaringan produk tanaman (plant pathogenic microorganisms), mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia atau binatang (human or animal-pathogenic microorganisms), dan mikroorganisme non-Patogenik (Hendro, S, 1984) Cara infeksi dari mikroorganisme penyebabpembusukan dapat berbeda yang dat dibagi manjadi tiga, yaitu; 1) infeksi laten, 2)infeksi melalui luka setelah panen, 3) infeksi langsung pada produk utuh. Infeksi laten adalah cara infeksi yang dilakukan saat produk masih di kebun tumbuh bersama tanaman induknya. Pada kondisi dimana produk masih di kebun umumnya masa mikroorganisme pembusuk tidak dapat tumbuh dan berkembang tetapi dalam keadaan dorman (Nazaruddin. 2000). Kontaminasi mikroorganisme berasal dari air, tanah, udara, serta penggunaan pupuk kandang. Jenis mikroba yang berasal dari sumber alami ini adalah kapang, khamir, bakteri asam laktat dan bakteri genus Pseudemonas, Alcaligenes, Micrococcus, Erwinia, Bacillus, Clostridium, dan Enterobacter. Jumlah bakteri terbanyak pada percobaan praktikum kali ini pada sayuran kemangi, Menurut Budiman “daun kemangi memiliki zat antbakteri. Aktivitas antibakteri ini dikarenakan zat aktif yang terkandung di dalam daun kemangi antara lain eugenol, linolool, flavonoid, saponin dan tanin. eugenol yang dapat menyebabkan kerusakan membran sel bakteri dan dapat menstimulasi kebocoran ion kalium sehinga terjadi kematian sel bakteri . Eugenol juga dapat menghambat aktivitas enzim ATPase sehingga energi yang dibutuhkan untuk perbaikan sel bakteri tidak terbentuk “ tetapi pada percobaan ini bakteri yang dihasilkan TBUD.
Ada beberapa fakor yang menyebabkan tidak validnya data perhitungan bakteri ini seperti kurang sterilnya alat dan bahan yang digunnakan dan terjadi Human Error atau dikarenakan daun kemangi yang sudah mulai layu dan banyak ternyemarnya banyaknya bakteri di tempat tempat ketika pasca panen. Produk segar pascapanen dilabuhi oleh berbagai jenis mikroorganisme yang dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu mikroorganisme penyebab penyakit pada jaringan produk tanaman (plant pathogenic microorganisms), mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia atau binatang (human or animal-pathogenic microorganisms), dan mikroorganisme non-patogenik (Hendro, S, 1984)Cara infeksi dari mikroorganisme penyebab pembusukan dapat berbeda yang dat dibagi manjadi tiga, yaitu; 1) infeksi laten, 2) infeksi melalui luka setelah panen, 3) infeksi langsung pada produk utuh. Infeksi laten adalah cara infeksi yang dilakukan saat produk masih di kebun tumbuh bersama tanaman induknya. Pada kondisi dimana produk masih di kebun umumnya masa mikroorganisme pembusuk tidak dapat tumbuh dan berkembang tetapi dalam keadaan dorman (Nazaruddin.2000). penyebab mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang dalam Setiap bahan pangan seringkali terkontaminasi dengan sangat mudah. Secara umum kontaminasi adalah keadaan dimana terpaparnya bahan oleh zat asing (kontaminan). Terdapat banyak sumber kontaminasi yang berkemungkinan besar tercampur dengan bahan pangan baik itu kontaminan yang terlihat jelas secara fisik, maupun yang kasat mata. Sumber kontaminasi kasat mata inilah yang sangat berbahaya dan dapat berupa kontaminasi oleh mikroorganisme yang merugikan.
Kontaminasi pada bahan pangan dapat terjadi sejak setelah bahan pangan tersebut dipanen sampai dikonsumsi oleh manusia. Berdasarkan sifatnya, kontaminan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1.Fisik, berupa susatu yang terlihat seperti rambut, kerikil dsb.
2.Kimia, berupa suatu zat kimia seperti pestisida, zat pembersih
dsb.
3.Biologi, berupa makhluk hidup seperti pengerat, serangga,
mikroorganisme dsb.
Sayur-sayuran pada umumnya terkontaminasi oleh bakteri, dan bakteri tersebut mungkin masih ada pada setiap tahap pengolahan. Sayuran pada umumnya jarang terkontaminasi oleh koliform fekal yaitu Escherichia coli oleh sebab itu keberadaan E.colidi dalam sayur-sayuran dapat digunakan sebagai indikator sanitasi. Bakteri Koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh pathogen atau tidak (Pracoyo, N.E., et. al., 2006). Di praktikum pemeriksaan mikroorganisme pada sayur dan buah ini digunakan sampel sawi. Semua bahan pangan yang dijadikan sampel positif terkontaminasi oleh mikroorganisme khususnya bakteri. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak sekali faktor, mulai dari pencucian hingga disajikan. Dan tidak banyak bahan pangan yang benar-benar steril dari sesuatu apapun.Pada dasarnya sayur dan buah telah dilabuhi oleh berbagai macam mikroorganisme mulai dari mikroorganisme yang menguntukan sampai merugikan. Kebiasaan memakan sayuran secara segar, langsung dan tanpa dimasak (lalapan atau salad) rentan terkontaminasi dengan mikroba. Semakin tinggi nutrisi yang ada dalam bahan pangan maka, semakin tinggi pula kemungkinan kontaminasinya. Walaupun faktor tingginya nutrisi bukan hanya suatu bahan pangan.
Alat
- Timbangan digital
Bahan
- Sayur (sawi)
D. PROSEDUR KERJA
1. 1 grbahan ditimbang lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Kemudian 9 ml NaCl fisiologis ditambahkan, dikocok dan dibiarkan selama 2-3 menit.
2.Pengenceran 10-110-2, 10-3 dan 10-4, 10-5 dibuat lalu1 ml hasil pengenceran 10-5 diinokulasi kedalam cawan petri dengan metode SWEB.
3.Metode SWEB dilakukan dengan cara membuat alat inokulasi menggunakan jarum ose, tusuk sate atau alat lainnya dengan bentuk menyerupai (memanjang) yang dililiti kapas sebagai media menempelnya mikroorganisme.
4.Alat inokulasi dimasukkan ke dalam hasil pengenceran 10-5, lalu kapas diusapkan ke atas permukaan bahan dengan luas permukaan 4 cm 2 sebanyak tiga kali. Kemudian alat inokulasi dimasukkan kembali ke dalam hasil pengenceran 10-5 (kapas boleh dilepas dan ditinggalkan dalam hasil pengenceran 10-5).
5.1 ml dari hasil pengenceran 10-5 yang telah diberi suspensi dimasukkan ke dalam cawan petri dan medium NA (Nutrient agar) hangat (40oC) ditambahkan, kemudian digoyangkan sampai merata penyebarannya.
6.Selanjutnya cawan petri yang telah berisi suspensi dan media didiamkan hingga padat.
7.Setelah padat, media berisi suspensi diinkubasikan pada suhu 30 C selama 48 jam hari dengan posisi cawan terbalik.
8.Koloni dihitungdengan metode standar plate count.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Gambar |
Keterangan |
|
Isolasi bakteri dengan menggunakan sampel air 10-1.
Isolasi bakteri dengan menggunakan sampel sayur sawi 10-1
Isolasi bakteri dengan menggunakan sampel air 10-2
Isolasi bakteri dengan menggunakan sampel sayur sawi 10-2 Isolasi bakteri menggunakan sampel air 10-3 Isolasi bakteri menggunakan sampel sayur sawi 10-3 |
Pada prinsipnya tujuan pengujian ALT pada sayuran adalah untuk mengetahui jumlah
sayur sawi dan air. Pengujian mikrobiologi pada sampel makanan ini mengacu kepada
persyaratan makanan yang sudah ditetapkan. Parameter uji mikrobiologi pada sampel
bahan makanan yang dipersyaratkan sesuai standar nasional Indonesia meliputi angka
lempeng total, MPN Coliform, Uji Salmonella, uji Eschericia Coli, Uji MPN Eschericia
coli, dan uji angka kapang.
Hasil yang diperoleh dari pengamatan sayur sawi menunjukkan bahwa jumlah koloni
bakteri yang tumbuh sangat banyak pada tingkat pengenceran 10-1 dan 10-3, pada
tingkat pengenceran ini diperoleh jumlah koloni bakteri>300 koloni di mana koloni
dihitung menggunakan counter. Sehingga jumlah ini dimasukkan dalam jenis
TBUD(Terlalu Banyak Untuk Dihitung). Pada pengenceran 10-2 jumlah koloni normal.
Sedangkan pada pengamatan sampel air menunjukan bahwa jumlah koloni bakteri
yang tumbuh sangat banyak pada tingkat pengenceran 10-1, pada tingkat pengenceran
ini diperoleh jumlah koloni bakteri>300 koloni. Sehingga jumlah ini dimasukkan dalam
jenis TBUD(Terlalu Banyak Untuk Dihitung). Pada pengenceran 10-2dan 10-3 jumlah
koloni bakteri normal.
Dari hasil yang diperoleh dihitung angka lempeng total koloni bakteri dengan
mempertimbangkan tingkat pengenceran yang ada. Menurut Buckle (1987) perhitungan
dilakuakan pada media agar yang jumlah populasi mikrobanya antara 30-300 koloni.
Bila jumlah populasi kurang dari 30 koloni akan menghasilkan perhitungan yang kurang
teliti secara statistic, namun bila lebih 300 koloni akan menghasilkan hal yang sama
karena terjadi persaingan diantara koloni. Dalam hal ini kami penggunakan perhitungan
hasil rerata karena jumlah koloni bakteri yang diperoleh berada pada kisaran 30-300
koloni. Seharusnya semakin tinggi tingkat pengenceran maka semakin sedikit bakteri
yang tumbuh karena semakin sedikit bakteri terbawa saat dilakukan proses
pengenceran, tetapi pada praktikum yang dilakukan data yang diperoleh tidak
signifikan. Kandungan mikroba pada sayur sawi jauh lebih banyak bila dibandingkan
dengan kandungan mikroba yang terdapat pada sampel air. Hal ini menyimpang dari
pernyataan Hastuti (2009) bahwa sayur sawi mudah terkontaminasi oleh
mikroorganismw terutama bakteri. Bila jumlah koloni bakteri terlalu banyak, maka
sayur tersebut kurang layak dikonsumsi. Padahal kenyataannya masyarakat lebih gemar
mengonsumsi sayur sawi karena lebih segar apabila dibandingkan dengan sampel air.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
koloni dari sampel air, namun nilai ALT yang terbesar didapatkan oleh sampel air.
Kedua-keduanya layak untuk dikonsumsi karena sudah melebihi ambang batas
maksimum koloni bakteri dalam sayur sawi yang dinyatakan oleh DIRJEN POM .
kuantitas bakteri dalam sayur dipengaruhi oleh proses pemanenan, tempat hidup
tanaman sebelum panen (tercemar atau tidak), penggunaan pupuk tanaman, suhu, serta
proses pendistribusian kepada pedagang pasar.
Daftar Pustaka
-
Badan POM RI. 2009. Regulasi Pangan BPOM No HK.00.06.1.52.4011
-
Hastuti, UTami Sri dan Sitoresmi
Prabaningtyas. 2010. Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi Pangan. Malang:Universitas Negeri Malang.
-
Pracoyo, N.E.,et al. (2006. Penelitian Bakteriologik Air Minum. Cermin
Dunia Kedokteran 152:37-40
-
Nazaruddin. 2000. Budidaya dan Pengaturan Panen Buah-buahan Dataran Rendah. Penebar Swadaya.
Jakarta
-
Wati, D., Rukmanasari. (2013). Pembuatan Biogas dari Limbah Cair Industri
Bioetanol Melalui Proses Anaerob (Fermentasi). Universitas Diponegoro: Semarang.
-
Volk, W. A & Wheeler. M.F. (1993). Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke-5. Jakarta:
Erlangga.
-
Hendro Sunarjono. 1984. Kunci Bercocok
Tanam Sayur-sayuran Penting di Indonesia. C.V. Sinar Baru, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar