Selasa, 16 Maret 2021

Laporan Tentang Isolasi Bakteri Dari Sampel Air dan Sayur

 

LAPORAN PRAKTIKUM

“ISOLASI BAKTERI DARI SAMPEL AIR DAN SAYUR”




 

 

DISUSUN OLEH :

 Nama : Dwi Wahyuni

                                NPM :  F0I020072

                               Kelas : 1B

                  Nama Dosen : Suci Rahmawati, S.Farm,                                                      Apt., M.Farm

 

 

 

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PRODI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2021/2022



A. TUJUAN

Adapun tujuan dalam praktikum kali ini yaitu :

1.      Memahami cara sterilisasi alat yang akan digunakan

2.      Memahami isolasi bakteri dari simple air dan sayur sawi


B. LANDASA TEORI

  Isolasi bakteri

Media  berfungsi  untuk  menumbuhkan  mikroba,  isolasi, memperbanyak jumlah,  menguji  sifat-sifat  fisiologi  dan  perhitungan  jumlah  mikroba,  di  mana dalam  proses  pembuatannya  harus  disterilisasi  dan menerapkan  metode  aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media (Volk,1993). Medium nutrient agar berfungsi untuk membiakan berbagai macam mikroorganismeserta kultur bakteri. Menurut Wati (2013) mikroba yang hidup di alam terdapatsebagai populasi campuran dari bebagai jenis mikrobia yang berbeda prinsip dari isolasimikrobia dalam memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya dari lingkungannya di alam dan ditumbuhkan dalam medium buatan. Pertumbuhan mikroba dapat dilakukan dalam medium padat, karena dalam mediumpadat sel-sel mikroba akan terbentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Kontaminasi mikroorganisme berasal dari air, tanah, udara, serta penggunaan pupuk kandang.  Jenis  mikroba  yang  berasal  dari  sumber  alami  ini adalah  kapang, khamir, bakteri asam laktat dan bakteri genus Pseudemona Alcaligenes, Micrococcus, Erwinia,Bacillus, Clostridium, dan Enterobacter. Jumlah bakteri terbanyak pada percobaan praktikum kali ini pada sayuran kemangi, Menurut  Budiman  “sayur sawi memilik izat  antibakteri. Aktivitas antibakteri ini dikarenakan zat aktif yang terkandung di dalam sayur sawi antara lain eugenol, linolool, flavonoid, saponin dan tanin. eugenol yang dapat menyebabkan  kerusakan  membran sel bakteri  dan  dapat  menstimulasi kebocoran ion kalium sehinga terjadi kematian sel bakteri .Eugenol juga dapat menghambat aktivitas  enzim  ATPase  sehingga  energi yang  dibutuhkan  untuk perbaikan  sel bakteri tidak terbentuk “ tetapi pada percobaan ini bakteri yang dihasilkan TBUD. Ada beberapa fakor yang menyebabkan tidak validnya data perhitungan bakteri ini seperti kurang sterilnya alat dan bahan yang digunnakan dan terjadi Human Error atau dikarenakan sayur sawi yang sudah mulai layu dan banyak ternyemarnya banyaknya bakteri di tempat tempat ketika pasca panen. Produk segar pascapanen dilabuhi oleh berbagai jenis mikroorganisme yang dapat  digolongkan  menjadi  tiga, yaitu    mikroorganisme  penyebab  penyakit  pada jaringan  produk  tanaman  (plant pathogenic  microorganisms),  mikroorganisme penyebab  penyakit  pada  manusia  atau binatang  (human  or  animal-pathogenic microorganisms), dan mikroorganisme non-Patogenik (Hendro, S, 1984) Cara  infeksi  dari  mikroorganisme  penyebabpembusukan  dapat berbeda yang dat dibagi manjadi tiga, yaitu; 1) infeksi laten, 2)infeksi melalui luka setelah panen, 3) infeksi langsung pada produk utuh.  Infeksi laten adalah cara infeksi yang dilakukan saat produk masih di kebun tumbuh bersama tanaman induknya.  Pada kondisi dimana produk masih di kebun umumnya masa mikroorganisme pembusuk tidak  dapat  tumbuh  dan  berkembang  tetapi  dalam  keadaan dorman (Nazaruddin. 2000). Kontaminasi mikroorganisme berasal dari  air, tanah, udara, serta penggunaan  pupuk  kandang. Jenis mikroba yang berasal dari sumber  alami  ini adalah  kapang,  khamir,  bakteri  asam  laktat  dan  bakteri genus  Pseudemonas, Alcaligenes, Micrococcus, Erwinia,  Bacillus, Clostridium, dan Enterobacter. Jumlah bakteri terbanyak pada percobaan praktikum kali ini pada sayuran kemangi,  Menurut  Budiman  “daun  kemangi  memiliki  zat  antbakteri.  Aktivitas antibakteri ini dikarenakan zat aktif yang terkandung di dalam daun kemangi antara lain   eugenol,   linolool,   flavonoid,   saponin   dan   tanin.   eugenol   yang   dapat menyebabkan  kerusakan  membran  sel  bakteri  dan  dapat  menstimulasi  kebocoran ion kalium sehinga terjadi kematian sel bakteri . Eugenol juga dapat menghambat aktivitas  enzim  ATPase  sehingga  energi    yang  dibutuhkan  untuk  perbaikan  sel bakteri tidak terbentuk “ tetapi pada percobaan ini bakteri yang dihasilkan TBUD.

Ada beberapa fakor yang menyebabkan tidak validnya data perhitungan bakteri ini seperti kurang sterilnya alat dan bahan yang digunnakan dan terjadi Human Error atau dikarenakan daun kemangi yang sudah mulai layu dan banyak ternyemarnya banyaknya bakteri di tempat tempat ketika pasca panen. Produk segar pascapanen dilabuhi oleh berbagai jenis mikroorganisme yang dapat  digolongkan  menjadi  tiga,  yaitu mikroorganisme  penyebab  penyakit  pada jaringan  produk  tanaman  (plant pathogenic  microorganisms),  mikroorganisme penyebab  penyakit  pada  manusia  atau  binatang  (human  or  animal-pathogenic microorganisms), dan mikroorganisme non-patogenik (Hendro, S, 1984)Cara  infeksi  dari  mikroorganisme  penyebab  pembusukan  dapat berbeda yang dat dibagi manjadi tiga, yaitu; 1) infeksi laten, 2) infeksi melalui luka setelah panen, 3) infeksi langsung pada produk utuh.  Infeksi laten adalah cara infeksi yang dilakukan saat produk masih di kebun tumbuh bersama tanaman induknya.  Pada kondisi dimana produk masih di kebun umumnya masa mikroorganisme pembusuk tidak  dapat  tumbuh  dan  berkembang  tetapi  dalam  keadaan  dorman (Nazaruddin.2000). penyebab mikroorganisme  dapat  tumbuh dan berkembang dalam Setiap  bahan pangan seringkali  terkontaminasi  dengan  sangat  mudah. Secara umum kontaminasi adalah keadaan dimana terpaparnya bahan oleh zat asing (kontaminan).  Terdapat  banyak sumber  kontaminasi  yang  berkemungkinan  besar tercampur dengan bahan pangan baik itu kontaminan yang terlihat jelas secara fisik, maupun  yang  kasat  mata.  Sumber kontaminasi  kasat  mata inilah  yang  sangat berbahaya  dan  dapat  berupa kontaminasi  oleh  mikroorganisme  yang  merugikan.

Kontaminasi pada bahan pangan dapat terjadi sejak setelah bahan pangan tersebut dipanen  sampai  dikonsumsi  oleh  manusia.  Berdasarkan  sifatnya,  kontaminan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1.Fisik, berupa susatu yang terlihat seperti rambut, kerikil dsb.

2.Kimia, berupa suatu zat kimia seperti pestisida, zat pembersih dsb.

3.Biologi, berupa makhluk hidup seperti pengerat, serangga, mikroorganisme dsb.

Sayur-sayuran pada  umumnya  terkontaminasi  oleh  bakteri,  dan  bakteri tersebut mungkin masih ada pada setiap tahap pengolahan. Sayuran pada umumnya jarang  terkontaminasi  oleh  koliform  fekal  yaitu Escherichia  coli oleh  sebab  itu keberadaan E.colidi   dalam   sayur-sayuran   dapat   digunakan   sebagai indikator sanitasi. Bakteri Koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat  menjadi sinyal untuk  menentukan  suatu  sumber air telah  terkontaminasi  oleh pathogen atau tidak (Pracoyo, N.E., et. al., 2006). Di  praktikum  pemeriksaan  mikroorganisme  pada  sayur  dan  buah  ini digunakan  sampel sawi.  Semua bahan pangan  yang dijadikan sampel positif terkontaminasi oleh mikroorganisme khususnya bakteri. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak sekali faktor, mulai dari pencucian hingga disajikan. Dan tidak banyak bahan pangan yang benar-benar steril dari sesuatu apapun.Pada   dasarnya   sayur   dan   buah   telah   dilabuhi   oleh   berbagai   macam mikroorganisme mulai dari mikroorganisme yang menguntukan sampai merugikan. Kebiasaan  memakan  sayuran  secara  segar,  langsung  dan  tanpa  dimasak  (lalapan atau salad) rentan terkontaminasi dengan mikroba. Semakin tinggi nutrisi yang ada dalam  bahan  pangan  maka,  semakin  tinggi  pula  kemungkinan  kontaminasinya. Walaupun  faktor  tingginya  nutrisi  bukan  hanya  suatu bahan pangan.


C. ALAT DAN BAHAN
Alat
-          Timbangan digital
-          Vortex mixer
-          Rak dan tabung reaksi
-          Cawan petri
-          Spatel
-          Kertas label
-          Autoklaf
-          Gelas ukur
-          Pipet tetes
-          Aluminum foil
-          Bunsen
 
Bahan
-           Sayur (sawi)
-          Aquades
-          Nutrient Agar (NA)


D. PROSEDUR KERJA

Pemeriksaan mikroorganisme pada sayur dan buah
   1. 1 grbahan ditimbang lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Kemudian 9 ml NaCl fisiologis ditambahkan, dikocok dan dibiarkan selama 2-3 menit.
   2.Pengenceran 10-110-2, 10-3 dan 10-4, 10-5 dibuat lalu1 ml hasil pengenceran 10-5 diinokulasi kedalam cawan petri dengan metode SWEB.
   3.Metode SWEB dilakukan dengan cara membuat alat inokulasi menggunakan  jarum  ose,  tusuk sate atau  alat  lainnya dengan  bentuk menyerupai  (memanjang)  yang  dililiti  kapas  sebagai  media  menempelnya mikroorganisme.
   4.Alat  inokulasi  dimasukkan  ke  dalam  hasil  pengenceran 10-5,  lalu  kapas diusapkan ke atas permukaan bahan dengan luas permukaan 4 cm 2 sebanyak tiga  kali.  Kemudian  alat  inokulasi  dimasukkan  kembali  ke  dalam  hasil pengenceran 10-5 (kapas boleh   dilepas   dan   ditinggalkan   dalam   hasil pengenceran 10-5).
   5.1 ml dari hasil pengenceran 10-5 yang telah diberi suspensi dimasukkan ke dalam   cawan   petri dan   medium   NA   (Nutrient   agar)   hangat   (40oC) ditambahkan, kemudian digoyangkan sampai merata penyebarannya.
   6.Selanjutnya  cawan  petri  yang  telah  berisi  suspensi  dan  media  didiamkan hingga padat.
   7.Setelah padat, media berisi suspensi diinkubasikan pada suhu 30 C selama 48 jam hari dengan posisi cawan terbalik.
   8.Koloni dihitungdengan metode standar plate count.

 

E. HASIL DAN PEMBAHASAN 
Hasil

Gambar

Keterangan


 


 












Isolasi bakteri dengan menggunakan sampel air 10-1.

 

 

 

 

 

 

 Isolasi bakteri dengan menggunakan sampel sayur sawi 10-1

 

 

 

 

 


 Isolasi bakteri dengan menggunakan sampel air 10-2

 

 



Isolasi bakteri dengan menggunakan sampel sayur sawi 10-2 








Isolasi bakteri menggunakan sampel air 10-3







Isolasi bakteri menggunakan sampel sayur sawi 10-3






Pembahasan
   Pada prinsipnya tujuan pengujian ALT pada sayuran adalah untuk mengetahui jumlah
total koloni bakteri dalam sayuran dan air membandingkan kualitas mikrobiologi antara
sayur sawi dan air. Pengujian mikrobiologi pada sampel makanan ini mengacu kepada
persyaratan makanan yang sudah ditetapkan. Parameter uji mikrobiologi pada sampel
bahan makanan yang dipersyaratkan sesuai standar nasional Indonesia meliputi angka
lempeng total, MPN Coliform, Uji Salmonella, uji Eschericia Coli, Uji MPN Eschericia
coli, dan uji angka kapang.
   Hasil yang diperoleh dari pengamatan sayur sawi menunjukkan bahwa jumlah koloni
bakteri yang tumbuh sangat banyak pada tingkat pengenceran 10-1 dan 10-3, pada
tingkat pengenceran ini diperoleh jumlah koloni bakteri>300 koloni di mana koloni
dihitung menggunakan counter. Sehingga jumlah ini dimasukkan dalam jenis
TBUD(Terlalu Banyak Untuk Dihitung). Pada pengenceran 10-2 jumlah koloni normal.
  Sedangkan pada pengamatan sampel air menunjukan bahwa jumlah koloni bakteri
yang tumbuh sangat banyak pada tingkat pengenceran 10-1, pada tingkat pengenceran
ini diperoleh jumlah koloni bakteri>300 koloni. Sehingga jumlah ini dimasukkan dalam
jenis TBUD(Terlalu Banyak Untuk Dihitung). Pada pengenceran 10-2dan 10-3 jumlah
koloni bakteri normal.
   Dari hasil yang diperoleh dihitung angka lempeng total koloni bakteri dengan
mempertimbangkan tingkat pengenceran yang ada. Menurut Buckle (1987) perhitungan
dilakuakan pada media agar yang jumlah populasi mikrobanya antara 30-300 koloni.
Bila jumlah populasi kurang dari 30 koloni akan menghasilkan perhitungan yang kurang
teliti secara statistic, namun bila lebih 300 koloni akan menghasilkan hal yang sama
karena terjadi persaingan diantara koloni. Dalam hal ini kami penggunakan perhitungan
hasil rerata karena jumlah koloni bakteri yang diperoleh berada pada kisaran 30-300
koloni. Seharusnya semakin tinggi tingkat pengenceran maka semakin sedikit bakteri
yang tumbuh karena semakin sedikit bakteri terbawa saat dilakukan proses
pengenceran, tetapi pada praktikum yang dilakukan data yang diperoleh tidak
signifikan. Kandungan mikroba pada sayur sawi jauh lebih banyak bila dibandingkan
dengan kandungan mikroba yang terdapat pada sampel air. Hal ini menyimpang dari
pernyataan Hastuti (2009) bahwa sayur sawi mudah terkontaminasi oleh
mikroorganismw terutama bakteri. Bila jumlah koloni bakteri terlalu banyak, maka
sayur tersebut kurang layak dikonsumsi. Padahal kenyataannya masyarakat lebih gemar
mengonsumsi sayur sawi karena lebih segar apabila dibandingkan dengan sampel air.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

   Jumlah koloni bakteri pada sayur sawi lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
koloni dari sampel air, namun nilai ALT yang terbesar didapatkan oleh sampel air.
Kedua-keduanya layak untuk dikonsumsi karena sudah melebihi ambang batas
maksimum koloni bakteri dalam sayur sawi yang dinyatakan oleh DIRJEN POM .
kuantitas bakteri dalam sayur dipengaruhi oleh proses pemanenan, tempat hidup
tanaman sebelum panen (tercemar atau tidak), penggunaan pupuk tanaman, suhu, serta
proses pendistribusian kepada pedagang pasar.
 
Saran 
Diharapkan semua praktikan dalam praktikum isolasi bakteri dari sampel air dan sayur sawi ini lebih memperhatiakan arahan dari asisten sehingga pada saat praktikum tidak terjadi kesalahan. 

Daftar Pustaka

-          Badan POM RI. 2009. Regulasi Pangan BPOM No HK.00.06.1.52.4011
-          Hastuti, UTami Sri dan Sitoresmi Prabaningtyas. 2010. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Pangan. Malang:Universitas Negeri Malang.
-          Pracoyo, N.E.,et al. (2006. Penelitian Bakteriologik Air Minum. Cermin Dunia Kedokteran 152:37-40
-          Nazaruddin. 2000. Budidaya dan Pengaturan Panen Buah-buahan Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta
-          Wati, D., Rukmanasari. (2013). Pembuatan Biogas dari Limbah Cair Industri Bioetanol Melalui Proses Anaerob (Fermentasi). Universitas Diponegoro: Semarang.
-          Volk, W. A & Wheeler. M.F. (1993). Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.
-          Hendro Sunarjono. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran Penting di Indonesia. C.V. Sinar Baru, Bandung.
 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

identifikasi gugus fenol pada paracetamol

  “IDENTIFIKASI GUGUS FENOL PADA   PARACETAMOL”                                                                       DISUSUN OLEH...