Selasa, 13 April 2021

Uji Aktivitas Anti Bakteri Terhadap Antibiotik

 

LAPORAN PRAKTIKUM

“Uji Aktivitas Anti Bakteri Terhadap Antibiotik”



DISUSUN OLEH :

      Nama : Dwi Wahyuni

   NPM :F0I020072

 Kelas : 1B

                                        Nama Dosen : Suci Rahmawati, S.Farm, Apt., M.Farm



 LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PRODI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

 

A.     TUJUAN
 
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu :
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan anti mikroba
2.      Mengetahui senyawa apa yang dapat dijadikan agen anti mikroba serta kandungannya.


B.     LANDASAN TEORI  

   Mikroba didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang organisme mikroskopis. Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, mikros=kecil, bios=hidup dan logos=ilmu. Ilmuwan menyimpulkan bahwa mikroorganisma muncul kurang lebih 4juta tahun yang lalu dari senyawa organik kompleks di lautan, atau mungkin dari gumpalan awan yang sangat besar yang mengelilingi bumi. Sebagai makhluk hidup pertama di bumi, mikroorganisma diduga merupakan nenek moyang dari semua makhluk hidup.(Nunuk Priyanti) Mikroba juga dapat dikatakan jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk bertahan hidup. Jasad tersebut dapat hidup hamper di semua tempat di permukaan bumi. Mikroba mampu beradaptasi dengan lingkungan yang sangat dingin hingga lingkungan yang relative panas, dari ligkungan yang asam hingga basa. Berdasarkan peranannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu mikroba menguntungkan dan mikroba merugikan (Afriyanto 2005).
   Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa kelompok sebagai berikut diantaranya merusak dinding sel, mengganggu permeabiitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas enzim, menghambat sintesa asam nukleat. Aktivitas antimikroba yang dapat diamati secara langsung adalah perkembangbiakannya. Oleh karena itu antimikroba dibagi menjadi dua macam yaitu antibiotic dan disinfektan Antibiotik pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929, yang secara kebetulan menemukan suatu zat antibakteri yang sangat efektif yaitu penisilin. Penisilin ini pertama kali dipakai dalam ilmu kedokteran tahun 1939 oleh Chain dan Florey.(Dwidjoseputro, 2003).  Antibiotik adalah zat – zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat – zat ini yang dibuat secara semi sintetis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula semua senyawa sintetis dengan khasiat antibakteri  Aktivitas mikroba dapat dikendalikan dengan mengatur faktor-faktor lingkungan yang meliputi faktor biotik (makhluk hidup dan mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose, dan sintropisme) dan abiotik (temperatur, kelembaban, pH, radiasi, penghancuran secara mekanik)
     Antibiotika adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup, termasuk struktur analogy yang dibuat secara sintetik, yang dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. Pada awalnya antibiotika diisolasi dari mikroorganisme, tetapi sekarang beberapa antibiotika telah didapatkan dari tanaman tinggi atau binatang (Soekardjo,1995).
   Suatu zat antibiotic kemoterapeutik yang idealnya hendaknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut: harus mempunyai kemampuan untuk merusak atau menghambat mikroorganisme pathogen spesifik. Makin besar jumlah dan macam mikroorganisme yang dipengaruhi makin baik. Tidak mengakibatkan berkembangnya bentuk-bentuk resiten parasit. Tidak menimbulkan efek sampingan yang tidak dikehendaki pada inang, seperti reaksi alergis, kerusakan pada saraf, iritasi pada ginjal atau saluran gastrointestin. Tidak meleyapkan flora mikroba normal pada inang. Gangguan terhadap flora normal dapat mengacaukan keseimbangan alamiah sehingga memungkinkan mikroba yang biasanya nonpatogenik atau bentuk-bentuk patogenik yang semula dikendalikan oleh flora normal, untuk menimbulkan infeksi baru (Pelezar,1988).
   Antibiotika pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929, yang secara kebetulan menemukan suatu zat antibakteri yang sangat efektif yaitu penisilin. Penisilin ini pertama kali dipakai dalam ilmu kedokteran tahun 1939 oleh Chain dan Florey. Sebagian besar dari antibiotika rumus kimianya telah diketahui dan beberapa di antaranya dapat dibuat secara sintesis. Definisi dari antibiotik ialah suatu bahan kita yang dikeluarkan oleh jasad renik/hasil sintesis semi-sintesis yang mempunyai struktur yang sama dan zat ini dapat merintangi/memusnahkan jasad renik lainnya (Widjajanti 1996).
   Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil maupun spiril, dikatakan mempunyai spectrum halus. Sebaiknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang spektrumnya sempit. Penisilin hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus, oleh karena itu penisilin dikatakan mempunyai spectrum yang sempit. Tetrasielin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu. Oleh karena itu tetrasielin dikatakan mempunyai spectrum luas (Dwidjoseputro, 2003).
  Jenis bahan kimia pembersih dan sanitiser yang digunakan dalam industri pangan harus sesuai persyaratan yang diterapkan. Bahan kimia harus mampu mengendalikan pertumbuhan bakteri (antimikroba). Senyawa antimikroba adalah senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba. Antimikroba dapat dikelompokkan menjadi antiseptik dan desinfektan. Antiseptik adalah pembunuh mikroba dengan daya rendah dan bisa digunakan pada kulit, misalnya alkohol dan deterjen. Desinfektan adalah senyawa kimia yang dapat membunuh mikroba dan biasa digunakam untuk membersihkan meja, lantai, dan peralatan. Contoh desinfektan yang digunakan adalah senyawa klorin, hipoklorit, dan tembaga sulfat (Dwidjoseputro,2003).
   Antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat mengganggu pertumbuhan dan aktivitas mikroba, khususnya mikroba perusak dan pembusuk makanan. Zat antimikroba dapat bersifat bakterisidal  (membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang), ataupun gemisidal (menghambat geminasi spora bakteri). Keefektifan penghambatan merupakan salah satu criteria pemilihan suatu senyawa antimikroba untuk diaplikasikan sebagai bahan pengawet bahan pangan. Semakin kuat penghambatnya semakin efektif digunakan. Kerusakan yang ditimbulkan komponen antimikroba dapat bersifat mikrosidal (kerusakan tetap) atau mikrostatik  (kerusakan sementara yang dapat kembali). Suatu komponen akan bersifat mikrosidal atau mikroostatik tergantung pada konsentrasi dan kultur yang digunakan. Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya gangguan pada senyawa penyusun dinding sel, peningkatan pemeabilitas membrane sel yang dapat menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel, menginaktivasi enzim, dan destruksi atau kerusakan fungsi material genetic (Akhanggit,2010).
   Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba, metode difusi dapat dilakukan 3 cara yaitu metode silinder, lubang dan cakram kertas. Metode silinder yaitu meletakkan beberapa silinder yang terbuat dari gelas atau besi tahan karat di atas media agar yang telah diinokulasi dengan bakteri. Tiap silinder ditempatkan sedemikian rupa hingga berdiri di atas media agar, diisi dengan larutan yang akan diuji dan diinkubasi. Setelah diinkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling silinder (Dwidjoseputro,2003).

C.     ALAT DAN BAHAN    

ALAT
1.      Erlenmeyer
2.      Bunsen
3.      Cawan petri
4.      Pipet tetes
5.      Rak tabung reaksi
6.      Pinset
7.      Beaker glass
8.      Tabung reaksi
9.      Timbangan
10.  Pembokong kertas
11.  Autoklaf
12.  Incubator
13.  Lumpang
 
BAHAN
1.      Aquadest
2.      Alkohol
Nutrient agar

D.     PROSEDUR KERJA 

1.      Lakukan sterilisasi alat menggunakan autoklaf, bungkus alat menggunakan Koran kecuali rak tabung reaksi. Sterilisasikan selama 15 menit pada suhu 121 derajat celcius atau setelah suhu sampai pada titik 121 derajat celcius matikan 15 menit, dan jangan lupa buka katup uap nya.
2.      Hidupkan hotplate, dan panaskan NA
3.      Setelah semua alat sudah di sterilisasi, hidupkan Bunsen dan buka pembungkusnya di tengah Bunsen, agar alat tidak terkontaminasi.
4.      Isi gelas ukur dengan aquadest sebanyak 10 ml, tuangkan kedalam tabung reaksi, (3 tabung reaksi)
5.      Masukkan NA ke dalam cawan petri
6.      Gerus amoxcilin dan timbang menjadi 10,15 dan 20 mg
7.      Masukkan amox kedalam gelas ukur, dan homogenkan menggunakan vortex
8.      Sterilkan cawan menggunakan alkohol dan tandai atau bagi menjadi 4
9.      Celupkan cakram kedalam aquades, tandai control negative
10.  Begitupun sebaliknya celupkan cakram kedalam tabung reaksi control negative 10,15,20
11.  Setelah itu masukkan sampel kedalam incubator dan tunggu 1x24 jam lalu amati hasilnya.

E.     HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

GAMBAR

KETERANGAN

kontrol negatif

kontrol negatif 10

Kontrol negatif 15

Kontrol negatif 20

 

PEMBAHASAN

   Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptik, sterilizer, sanitizer dan sebagainya. Pada praktikum ini, kemampuan suatu antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri akan dibandingkan dengan kemampuan antimikroba lain melalui modifikasi uji antimikroba metode Kirby-Bouer.
   Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme tertentu yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan membunuh bakteri walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Antibiotik digunakan untuk menghentikan aktivitas mikroba pada jaringan tubuh makhluk hidup sedangkan disinfektan bekerja dalam menghambat atau menghentikan pertumbuhan mikroba pada benda tak hidup, seperti meja, alat gelas, dan lain sebagainya. Pembagian kedua kelompok antimikroba ini tidak hanya didasarkan pada aplikasi penerapannya melainkan juga terhadap konsentrasi antimikroba yang digunakan.
Perlakuan aseptik ialah perlakuan yang bertujuan  terbebas dari mikroorganisme. Aseptik diimbangi dengan sterilisasi yang merupakan upaya untuk menghilangkan kontamina mikroorganisme yang menempel pada alat atau bahan yang akan dipergunakan untuk analisa selanjutnya (Jati 2007).
   Perlakuan steril berfungsi untuk mencegah mikroorganisme yang tak diinginkan agar mendapatkan pengukuran yang akurat. Zona bening adalah area perkembangan aktivitas bahan antimikroba terhadap bakteri yang ada di sekitarnya. Apabila larutan fisiologis yang diujikan, maka bakteri tersebut akan tumbuh subur didalam larfis dan tidak ada diameter yang terbentuk karena larfis hanya sebagai pembanding bukan bahan antibiotik.
Warna merah yang mengelilingi antimikroba adalah kontaminan yang disebabkan oleh adanya pengaruh bakteri lain dari udara yang tumbuh, karena larutan antibiotik belum kering dan menetes. Tetesannya mengalir sehingga area bening bukan berbentuk lingkaran dan dapat juga disebkan oleh perlakuan yang kurang aseptik. Kontaminan dapat dideteksi dengan adanya warna selain warna bening misalnya warna merah.
   Data dan hasil pengamatan menunjukkan bahwa streptomycin, antiseptik, sambiloto, dan ekstrak kunyit merupakan bahan antimikroba yang cocok untuk menghambat pertumbuhan bakteri e.coli dan Bacillus. Semua bahan antimikroba menunjukkan aktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan bakteri  karena semuanya hampir menunjukkan adanya zona bening walaupun masih terdapat kontamina yang berwarna merah. Zona bening tersebut terjadi karena antimikroba akan mengakibatkan pembentukan cincin-cincin hambatan di dalam area pertumbuhan bakteri yang padat sehingga tak ada bakteri yang tumbuh di dalam cincin tersebut. Keampuhan suatu ntimikroba dapat dilihat dari seberapa besar zona bening yang terbentuk akibat berdifusinya zat antibiotika tersebut, Antimikroba yang berbeda memiiki laju difusi yang berbeda pula, karena itu keampuhan antimikroba satu sama lain tidak sama (Wilson 1982).

F.     KESIMPULAN DAN SARAN 

KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer.
2.      Antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat mengganggu pertumbuhan dan aktivitas mikroba, khususnya mikroba perusak dan pembusuk makanan. Zat antimikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang), ataupun germisidal (menghambat germinasi spora bakteri)
3.      Zona bening pada medium terjadi karena antimikroba akan mengakibatkan pembentukan cincin-cincin hambatan di dalam area pertumbuhan bakteri yang padat sehingga tak ada bakteri yang tumbuh di dalam cincin tersebut. Keampuhan suatu antimikroba dapat dilihat dari seberapa besar zona bening yang terbentuk akibat berdifusinya zat antibiotika tersebut. Antimikroba yang berbada memiliki laju difusi yang berbeda.
 
SARAN
  Untuk praktikum selanjutnya dalam pengerjaannya dilakukan oleh semua kelompok
agar para praktikan lebih memahami.

 

DAFTAR PUSTAKA

-          Afriyanto Eddy. 2005. Pakan Ikan dan Perkembangannya. Jakarta : Penerbit Kanisius.
-          Jurnal SEJARAH PENEMUAN MIKROBA NUNUK PRIYANI Jurusan Biologi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Sumatera Utara
-          Dwidjoseputro, 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
-          Wilson & Gisvold. 1982. Buku Teks Wilson dan Gisvold Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Semarang : IKIP Semarang Press.
-          Soekardjo, B.,1995. Kimia medicinal, Airlangga University Press, Jakarta
 

 



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

identifikasi gugus fenol pada paracetamol

  “IDENTIFIKASI GUGUS FENOL PADA   PARACETAMOL”                                                                       DISUSUN OLEH...