Rabu, 09 Juni 2021

Identifikasi gugus fenol pada metampiron

“IDENTIFIKASI GUGUS FENOL PADA

 METAMPIRON”

                            

                                      


 

DISUSUN OLEH:

Nama              : DWI WAHYUNI 

NPM               : F0I020072

Kelas               : 1B

Nama Dosen   : Suci Rahmawati, S.Farm, Apt., M.Farm

 

 

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

PRODI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGNTAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

I. TUJUAN

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari sifat-sifat senyawa organik melaluI identifikasi gugus fungsionalnya.

 

II. LANDASAN TEORI

Metampiron tidak larut dalam eter, aseton, benzen dan kloroform dan memiliki bobot molekul 351,4. Titik lebur metampiron 172 0C. Larut dalam 1,5 bagian air, 30 bagian etanol. Metampiron memiliki efek analgetik dan sering digunakan sebagai Anti inflamatory Drug (NSAID). Selain itu, metampiron (antalgin) juga bisa digunakan sebagai penekan rasa nyeri serta demam. Agranulositosis alergik merupakan efek samping yang parah dari metampiron karena  Semakin tinggi dosis dan jangka pengobatan, semakin besar pula risikonya (Soewandhi, N, 2007).

                 Suatu larutan dengan penambahan indikator warna pada larutan yang diuji kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan asam-basanya adalah metode pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan metode titrasi. Sehingga apabila larutan tersebut merupakan larutan asam maka harus diberikan basa sebagai larutan ujinya, begitu pula sebaliknya. Jika larutan tersebut larutan basa maka harus diberikan asamsebagai larutan ujinya (Khopkar, 1990).

           Titrasi Iodometri merupakan suatu metode pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan metode titrasi diperoleh dengan penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan dari sifat larutan yang diuji (Pratama, A, 2008).

Fenol atau hydroxybenzene dengan rumus molekul C6H5OH dan memiliki berat molekul sebesar 94, 11 g/mol merupakan komponen campuran yang memiliki satu atau lebih gugus hidroksil yang terikat pada cincin aromatik. Pada suhu ruang fenol memiliki ciri fisik berupa kristal putih dan perlahan berubah menjadi berwarna merah muda apabila terkena paparan panas atau cahaya. Fenol juga memiliki bau khas yaitu berbau manis. Dalam kelarutannya, zat ini sedikit sukar larut dalam air pada suhu 0-65 oC dan melarut sempurna pada suhu diatas 65,3 oC. Fenol sangat larut dalam alkohol, benzene, klorofom, eter, dan hampir semua jenis pelarut organik. Fenol juga biasa disebut asam karbolat, asam fenat, asam fenitilat, fenil hidroksida, fenil hidrokksida, atau oksibenezena. (Othmer,1962)

Fenol sintetis pertama kali diproduksi dengan proses sulfonasi benzene. Sekarang, 99% industri di seluruh dunia memproduksi fenol sintetis. Fenol umumnya digunakan sebagai resin untuk pembuatan peralatan rumah tangga. Produksi fenol mencapai 6,4 juta matrik ton per tahun. Sejauh ini fenol di Indonesia belum di Produksi. Kebutuhan impor fenol sesuai data Badan Pusat Statistik Indonesia dari tahun 2013 hingga 2017 mengalami peningkatan, sebesar 0,032%. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan fenol dalam negeri, harus mengimpor dari negara lain. Indonesia paling banyak mengimpor fenol dari Negara Jepang, Amerika Serikat, Jerman dan Korea. (Badan Pusat Statistika. 2018)

 

III. ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT

1. Rak dan tabung reaksi

2. pipet tetes

3. penjepit tabung

4. mortar dan stamper

5. batang pengaduk

6. gelas ukur

7. sudip

 

3.2 BAHAN

1. formalin

2. metampiron/ metamizole

3. HCL 0,1 N

4. Diazol B

5. fehling A

6. Fehling B

7. NaHCO3

8. Aquadest

9. FeCl3

10. NaOH

11. H2SO4

 

IV. PROSEDUR KERJA

1. gerus matampiron dalam mortar atau lumping, lalu gerus ad homogen

2. masukan kedalam beaker glass, lalu tambahkan aquadest 3 ml dan aduk sampai larut

3. kemudian masukan sampel yang telah dibuat kedalam masing-masing tabung reaksi

 

- Reaksi Marquez

1. sampel + formalin 1-3 tetes

2.  lalu tambahkan H2SO4 pekat 1-3 tetes

3. kemudian amati perubahan yang terjadi

 

- Reaksi Fehling

1. sampel + fehling A 1-3 tetes

2. sampel + fehling B 1-3 tetes

3. kemudian panaskan diatas hotplate

4. lalu amati perubahan yang terjadi

 

- Reaksi Leandwher

1. sampel + FeCl3 1-3 tetes

2. Lalu tambahkan NaCO3 1-3 tetes

3. kemudian amati perubahan yang terjadi

 

- Reaksi Diazol

1. sampel + NaOH 1-3 tetes

2. lalu tambahkan HCl 1-3 tetes

3. setelah itu tambahkan Diazol B 1-3 tetes

4. kemudian panaskan diatas hotplate

5. setelah itu amati

 

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL

No.

Percobaan

Hasil

1.

Reaksi marquez

1. tidak menghasilkan cincing

2. menghasilkan perubahan warna menjadi kuning pucat

3. menghasilkan endapan

2.

Reaksi Fehling

Fehling A

1. perubahan warna menjadi kuning kebiruan, setelah dipanaskan kuning

2. menghasilkan endapan warna biru

Fehling B

1. perubahan warna putih setelah dipanaskan menjadi putih keruh

2. menghasilkan endapan kuning

3.

Reaksi Leandwher

1. perubahan warna kuning keruh

2. tidak menghasilkan endapan

4.

Reaksi Diazol

1. perubahan warna putih pekat setelah dipanaskan menjadi putih keruh

2. menghasilkan endapan putih

 

5.2 PEMBAHASAN

Pada praktikum ini membahas tentang identifikasi gugus fenol pada metampiron. Metampiron memiliki tiga efek utama yaitu sebagai analgesik, antipiretik dan anti inflamasi. Metampiron (Antalgin) bekerja langung terhadap susunan saraf pusat sehingga mengurangi sensitivitas reseptor rasa nyeri dan mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh.

Untuk membuat sampel pada praktikum ini, matampiron digerus dalam mortar atau lumpang, lalu gerus hingga homogeny kemudian dimasukan kedalam beaker glass,setelah itu ditambahkan aquadest sebanyak 3 ml dan aduk sampai larut kemudian sampel yang telah dibuat dimasukan kedalam masing-masing tabung reaksi.

Pada Reaksi Marquez, sampel yang sudah dibuat ditambahkan dengan formalin sebanyak 1-3 tetes lalu ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1-3 tetes hasil yang di dapat yaitu tidak menghasilkan cincin, menghasilkan perubahan warna menjadi kuning pucat, dan menghasilkan endapan.

Pada Reaksi Fehling, sampel ditambah dengan fehling A 1-3 tetes, kemudian sampel ditambah dengan fehling B 1-3 tetes setelah itu dipanaskan diatas hotplate. Hasil yang didapatkan yaitu pada Fehling A, perubahan warna menjadi kuning kebiruan, setelah dipanaskan kuning, menghasilkan endapan warna biru. Dan pada Fehling B, perubahan warna putih setelah dipanaskan menjadi putih keruh, menghasilkan endapan kuning

Pada Reaksi Leandwher, sampel ditambahkan dengan  FeCl3 sebanyak 1-3 tetes, Lalu tambahkan NaCO3 1-3 tetes. Hasil yang didapat yaitu perubahan warna kuning keruh, dan tidak menghasilkan endapan

Pada Reaksi Diazol, sampel ditambahkan dengan NaOH 1-3 tetes,  lalu tambahkan HCl 1-3 tetes, setelah itu tambahkan Diazol B 1-3 tetes, kemudian panaskan diatas hotplate. Hasil yang didapat pada reaksi ini yaitu . perubahan warna putih pekat setelah dipanaskan menjadi putih keruh, menghasilkan endapan putih.

 

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan yaitu,

1. identifikasi gugus fungsi ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat senyawa organik melaluI identifikasi gugus fungsionalnya.

2. pada praktikum ini sampel yang digunakan yaitu sampel metampiron yang direaksikan dengan formalin, fehling A, fehling B, FeCl3, dan NaOH

 

6.2 SARAN

Saat melakukan praktikum, diharapkan kepada praktikan agar mengikuti arahan dari dosen ataupun asisten laboratorium agar tidak terjadi kesalahan dalam pemakaian alat-alat laboratorium. Praktikan harus memeriksa terlebih dahulu alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum agar pada saat akan digunakan alat-alat tersebut dapat berfungsi secara maksimal.

 

DAFTAR PUSTAKA

Khopkar S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, terjemahan Saptorahardjo, penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Soewandhi, N, 2007, Pengaruh Milling Terhadap Laju Disolusi Campuran Metampiron-Fenilbutason (7:3), Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. IV, No. 2, Agustus 2007, Hal. 2.

Pratama, A, 2008, Aplikasi Labview Sebagai Pengukur Kadar Vitamin C Dalam Larutan Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri, Jurnal Teknik Elektro, Vol. V, N0.8, Juni 2008, Hal. 2.

the Mechanism for the Esterification Reaction.Avalaible at http://www.chemguiede.co.us/organicprops/esterenu.html1#top

(Diakses tanggal 18 September 2014).

Clark,Jim.   2003.   Oxidation   Of   Alcohols.   Avalaible   at http://www.chemguide.co.uk/organicprops/alcohols/oxidation.html

(diakses   tanggal   18September 2014). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

identifikasi gugus fenol pada paracetamol

  “IDENTIFIKASI GUGUS FENOL PADA   PARACETAMOL”                                                                       DISUSUN OLEH...