LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
“UJI KETIDAKJENUHAN LEMAK DAN
PENENTUAN BILANGAN ASAM”
DISUSUN
OLEH :
NAMA : DWI WAHYUNI
NPM :
F0I020072
Kelas : 1B
Nama Dosen : Apt., Suci Rahmawati, M.Farm
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
PRODI D3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
I.
TUJUAN
Adapun tujuan
dari percobaan ini adalah untuk mengetahui ketidakjenuhan lemak dalam bahan
pangan, dan untuk mengetahui
bilangan asam yang terdapat pada sampel minyak atau lemak yang kemudian dapat
diketahui kualitas dari sampel minyak.
II.
LANDASAN TEORI
Lipid
sederhana hanya tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Lipid
ini dibedakan atas dua golongan, yaitu golongan lemak (fat) dan golongan malam (wax).
Golongan lipid sederhana seperti lemak, selain berfungsi sebagai sumber energi
yang efisien, juga berperan sebagai pelarut vitamin yang tidak larut dalam air,
serta sebagai sumber asam lemak esensial. Selain itu, beberapa lipid yang
terdapat dalam tubuh kita mempunyai fungsi khusus. Bloor mengklasifikasikan
lipid menjadi lipid sederhana (simple
lipid), lipid majemuk (compound lipid),
dan derivat atau turunan lipid (Sumardjo, 2009).
Sifat dari lipid antara lain,
lipid mudah larut dalam pelarut non polar seperti kloroform, karbon disulfida
dan lainnya, karena semakin panjang rantai asam lemak kelarutan dalam air akan
berkurang. Selain itu, jika asam lemak yang terdapat dalam minyak memiliki
berat molekul rendah maka jumlah gliseridanya semakin banyak dan menyebabkan
bilangan penyabunan meningkat. Lipid dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut non
polar yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang
juga mengandung nitrogen dan fosfor. Apabila lipid dihidrolisis akan
menghasilkan asam lemak
Lemak
disusun dari dua jenis molekul yang lebih kecil: gliserol dan asam lemak.
Gliserol adalah sejenis alkohol yang memiliki tiga karbon, yang masing-masing
mengandung sebuah gugus hidroksil. Asam lemak memiliki kerangka karbon yang
panjang, umumnya 16 sampai 18 atom karbon panjangnya. Salah satu ujung asam
lemak itu adalah “kepala” yang terdiri atas suatu gugus karboksil, gugus
fungsional yang menyebabkan molekul ini disebut asam lemak. Yang berikatan
dengan gugus karboksil itu adalah hidrokarbon panjang yang disebut “ekor”;
ikatan C–H nonpolar yang terdapat pada ekor asam lemak itu menyebabkan lemak
bersifat hidrofobik (Campbell, dkk., 2002).
Lemak murni tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa. Lemak tumbuh-tumbuhan yang berwarna dapat disebabkan
oleh adanya pigmen asalnya, misalnya karotena, xantofil, tokoferol, atau
klorofil. Karena proses kimia, misalnya proses oksidasi atau proses hidrolisis,
rasa dan bau lemak menjadi tidak enak atau tengik. Lemak-lemak netral (neutral fats), yang asam lemak
penyusunnya memiliki rantai karbon yang panjang, tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut lemak. Pelarut lemak yang baik antara lain benzene, kloroform,
dan dietil eter. Titik lebur (melting
point) lemak rendah, tetapi lebih tinggi dari suhu saat menjadi padat
kembali (setting point) (Sumardjo,
2009).
Pembentukan
Lemak
Menurut Fried dan Hademenos (2006), proses
pembentukan lemak terjadi dalam dua tahap. Tahapan pertama yang penting,
disebut lipogenesis, melibatkan
pembentukan sebuah asam lemak berantai panjang. Peristiwa ini terjadi di luar
mitokondria dan melibatkan keikutsertaan sebuah kompleks multienzim. NADPH,
sebuah koenzim tereduksi yang aktif dalam berbagai proses sintesis, memainkan
peranan penting dalam pembentukan asam lemak yang sangat tereduksi.
Pada tahapan kedua, asam-asam lemak
digabung-gabungkan ke molekul gliserol teraktivasi untuk membentuk trigliserida
dalam proses yang dikenal sebagai esterifikasi.
Dalam kedua proses tersebut, produk-produk metabolisme karbohidrat memainkan
peranan penting untuk mendorong terjadinya sintesis. Hal itu telah mengarahkan
sejumlah ahli biokimia pada kesimpulan bahwa lemak dibentuk jika ada
karbohidrat (Fried dan Hademenos, 2006).
Pada uji ketidakjenuhan lipid, uji ini digunakan
untuk membedakan lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Parameter pengujian yang
digunakan adalah adanya reaksi positif (berupa timbulnya warna merah saat
ditetesi ion Hubs). Jika asam lemaknya tidak jenuh, maka akan timbul warna
merah yang semakin lama semakin pudar. Jika asam lemaknya jenuh, maka timbul
warna merah tetapi tidak pudar (Kartika, 2014).
III.
ALAT DAN BAHAN
Alat:
Ø Statif
dan klem
Ø buret
Ø Pipet
tetes
Ø Tabung
reaksi
Ø Rak
tabung reaksi
Ø Kertas
label
Ø Erlenmeyer
Ø corong
Ø hot
plate
Ø beaker
glass
Bahan:
Ø Indicator
pp
Ø KOH
Ø Etanol
90 %
Ø Minyak
goreng
Ø Mentega
Ø KmNO3
IV.
PROSEDUR PERCOBAAN
·
Uji ketidakjenuhan
1) Siapkan
alat dan bahan
2) Panaskan
mentega di atas hot plate
3) Ukur
mentega sebanyak 1 ml dengan gelas ukur
4) Masukkan
1 ml minyak goreng ke dalam gelas ukur
5) Lalu
ambil 2 tabung reaksi pindahkan sampel tersebut dan beri label
6) Tambahkan
KmNO3 sebanyak 3 tetes pada masing-masing tabung reaksi
7) Kocok
dan amati perubahannya
·
Uji penentuan bilangan asam
1) Siapkan
alat dan bahan
2) Ambil
minyak goreng sebanyak 5 ml masukkan ke dalam Erlenmeyer.
3) Tambahkan
etanol 90% sebanyak 2 ml
4) Siapkan
titrasi, masukkan KOH ke dalam buret
sebanyak 25 ml
5) Panaskan
etanol dan minyak di atas hotplate
6) Tambahakn
2 tetes indicator pp ke dalam Erlenmeyer
7) Letakkan
di bawah buret titrasi dan tunggu sampai ada perubahan warna catat volume yang
didapatkan.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
·
Hasil uji ketidakjenuhan
NO |
Perlakuan |
Hasil |
1 |
Mentega
1 ml + KmNO3 sebanyak 3 tetes |
Kuning lebih terang
berubah warna menjadi coklat |
2 |
Minyak
goreng 1 ml + KmNO3 sebanyak 3 tetes |
Kuning
pucat berubah warna menjadi ungu |
·
Hasil Penentuan Bilangan Asam
Volume KOH (di dalam
buret) awal = 25 ml
Volume KOH (saat sudah
dititrasi dengan sampel) = 19,5 ml
Volume akhir = 25 ml –
19,5 ml
= 5,5 ml
5.2 Pembahasan
Pada
uji ketidakjenuhan, berdasarkan kejenuhannya, asam lemak dapat dibedakan
menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenih tidak
memiliki ikatan rangkap atau berikatan tunggal, sedangkan asam lemak tak jenuh
memiliki ikatan rangkap.
Pada uji ketidakjenuhan lemak, uji ini bertujuan
untuk mengetahui sifat ketidakjenuhan lemak. Fungsi penambahan larutan KMnO3
adalah sebagai oksidator yang memecah ikatan rangkap lemak (lemak tak jenuh)
menjadi ikatan tunggal (asam lemak jenuh). Mula-mula larutan berwarna bening
kekuningan dan tidak terjadi perubahan warna.
Terbentuk endapan berwarna cokelat di dasar tabung
reaksi. Reaksi pemutusan ikatan rangkap ini melibatkan asam lemak minyak kelapa
yang tidak jenuh, yaitu asam oleat. Endapan di bawah tabung reaksi adalah MnO2
yang mengindikasikan adanya sifat ketidakjenuhan lemak, karena dari ikatan tak
jenuh mampu dioksidasi oleh KMnO3 menjadi ikatan tunggal.
Penentuan
asam lemak bebas atau biasa disebut dengan FFA yang merupakan singkatan dari Free Fatty Acid sangat penting kaitannya
dengan kualitas lemak. Karena bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah
asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak. Semakin besar angka ini berarti
kandungan asam lemak bebas semakin tinggi, sementara asam lemak bebas yang
terkandung dalam sampel dapat berasal dari proses hidrolisis ataupun karena
proses pengolahan yang kurang baik. Karena proses hidrolisis dapat berlangsung
dengan penambahan asam dan dibantu oleh panas. Menurut (Sudarmadji, 1989) angka
asam dapat menunjukan asam lemak bebas yang berasal dari hidrolisa minyak
ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam maka
makin rendah kualitasnya.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa sifat karbohidrat berbeda sesuai dengan struktur dan gugus
fungsinya.
1)
Minyak goreng termasuk ke dalam asam
lemak tak jenuh serta margarin juga karena adanya perubahan warna coklat yang di dapat dari hasil pencampuran mentega
+ KmNO3 dan warna ungu dari hasil pencampuran minyak goreng + KmNO3.
6.2 Saran
Pada
saat melakukan praktikum kita harus mengutamakan keselamatan kerja. Serta kita
harus hati-hati dan teliti dalam menggunakan alat-alat di laboratorium. Selain
itu, kita juga harus mematuhi aturan yang ada untuk tetap menjaga kekondusifan
ruangan praktikum agar proses praktikum dapat berjalan dengan lancar dan
nyaman.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Marks,
D.B., Marks, A.D., dan Smith, C.M. 2000. Biokimia
Kedokteran Dasar.
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Naomi,
P., Gaol, A.M., dan Toha, M.Y. 2013. Pembuatan Sabun Lunak dari
Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi
Kimia. Jurnal Teknik
Kimia,
2(19): 42-48.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program
Strata I Fakultas Bioeksakta. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Suhardjo
dan Kusharto, C.M. 2010. Prinsip-prinsip
Ilmu Gizi. Kanisius,
Yogyakarta.
Yolla Arinda Nur
Fitriana, A. S. (2019). Uji Lipid pada Minyak Kelapa, Margarin, dan Gliserol. Jurnal
Sainteks, 16 (1), 19-23.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar